Mukomuko (ANTARA News) - Pejabat Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mendorong warga yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang tidak produktif lagi untuk mengalihfungsikan menjadi sawah.

"Kita minta seluas mungkin lahan perkebunan kelapa sawit menjadi sawah. Pada program cetak sawah baru di daerah ini, ada empat kecamatan yang tidak mengusulkan lahan perkebunannya menjadi sawah," kata Kabid Prasarana dan Sarana Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko Elxandi, di Mukomuko, Minggu.

Ia menyebutkan, sebanyak 15 kecamatan di daerah itu. Warga di 11 kecamatan di daerah itu mengusulkan lahan perkebunan kelapa sawit dan karet menjadi sawah baru.

Ia mengungkapkan, warga di empat kecamatan yang tidak mengajukan program cetak sawah baru di daerah itu, yakni Kecamatan Air Rami, Kecamatan Pondok Suguh, Kecamatan Sungai Rumbai, dan Kecamatan Air Dikit.

Ia menjelaskan, empat kecamatan itu merupakan wilayah perkebunan kelapa sawit dan karet di kabupaten setempat.

"Kemungkinan warga tidak mengusulkan lahan untuk cetak sawah baru karena tidak ada lahan untuk jadi sawah. Padahal lahan perkebunan kelapa sawit bisa dialihfungsikan menjadi sawah," ujarnya.

Ia mengatakan, instansi itu masih memberikan kesempatan kepada warga di empat kecamatan itu untuk mengajukan lahan perkebunannya menjadi sawah baru di daerah itu.

Ia menargetkan, seluas 1.000 hektare lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang dicetak menjadi sawah baru di daerah itu.

"Target kami minimal 1.000 dari seluas 1.900 hektare lahan yang diusulkan kelompok tani menjadi sawah baru," ujarnya.

Pemerintah Provinsi Bengkulu tahun ini memprogram mencetak seluas 1.900 hektare lahan perkebunan kelapa sawit, karet, dan lahan kosong menjadi sawah baru di Kabupaten Mukomuko.

Ia mengatakan, saat ini Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui konsultan dari Perguruan Tinggi sedang mensosialisasikan program cetak sawah baru kepada kelompok tani di daerah itu.

Pewarta: Ferri Arianto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016