Tentu kami sudah merumuskan antisipasinya, jika target tidak tercapai. Dan itu pasti yang terbaik juga,"
Hong Kong (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan pemerintah tentu telah menyiapkan antisipasi jika kebijakan target dari amnesti pajak tidak mencapai atau gagal raih target.

"Tentu kami sudah merumuskan antisipasinya, jika target tidak tercapai. Dan itu pasti yang terbaik juga," katanya, ketika dikonfirmasi Antara usai menghadiri sosialisasi amnesti pajak di Hong Kong, Senin.

Pemerintah menargetkan dana repatriasi amnesti pajak Rp1.000 triliun, deklarasi Rp4.000 triliun, dan uang tebusan Rp165 triliun. Badan usaha milik negara (BUMN) siap menampung dana-dana repatriasi yang masuk melalui kebijakan amnesti pajak.

Bahkan, BUMN menyediakan ruang untuk menampung dana tersebut cukup besar, hingga Rp300 triliun. "Amnesti pajak ini, tidak bisa lagi kita tunda. Dan kita berupaya maksimal agar tercapai targetnya, dan nantinya dapat membiayai berbagai program pembangunan, utamanya infrastruktur," tutur Rini.

Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan,"Kami tetap optimis tercapai. Jika pun sekarang belum tampak hasil capaiannya, kan ini baru diluncurkan. Pengusaha juga masih mendata aset-asetnya," katanya.

Robert menambahkan diperkirakan pertengahan September sudah banyak yang mendaftarkan mengingat bahwa saat inilah waktu yang tepat bagi para wajib pajak untuk mendeklarasikan asetnya karena tarif yang dipatok masih sangat kecil. "Diskonnya besar banget, dari 30 persen (tarif normal) menjadi 2 persen (tarif tax amnesty) sampai September," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad. "Kita harus optimis laah. Kalau pemerintah tidak optimis, ragu-ragu, bagaimana pelaku dunia usaha bisa yakin untuk menarik dananya ke Indonesia, atau investor menanamkan modalnya di Indonesia," katanya.

Muliaman memastikan saat ini berinvestasi di Indonesia lebih menguntungkan dibandingkan banyak negara lain. "Kalau kita ditanya mau tanam uang bagusnya di mana, ya Indonesia," katanya.

"Semisal, pasar surat utang negara (SUN). Imbal hasil pada kebanyakan negara cenderung kecil, bahkan negatif. Hal ini dikarenakan perlambatan ekonomi yang cukup parah di negar-negara tersebut. Misalnya Brasil, Turki, dan Afrika Selatan," ungkap Muliaman.

Ia menambahkan, "Kalau beli SUN di beberap- negara emerging market itu negatif, kalau Indonesia itu return-nya cukup besar.

Sementara itu Direktur Bank BRI dan Koordinator Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara ), Asnawi Syam mengatakan ada beberapa proyek yang siap untuk menampung dana berupa investasi langsung.

Di antaranya proyek Tol Trans Jawa dengan nilai sebesar Rp6 triliun di bawah PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Kemudian proyek refinery milik PT Pertamina (Persero) di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Investasi langsung misalnya terdapat proyek Pertamina berupa refinery di Balikpapan dengan nilai proyek sebesar 5 miliar dolar AS. Kesempatan investasi juga diberikan kepada investor UMKM berupa join venture holtikultura estate yang mencakup tanaman buah-buahan ataupun sayur-sayuran dan paket investasi dimulai dari 100 hingga 500 ha," paparnya.

Khusus untuk pasar modal, ada sekitar 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaan BUMN yang akan ditawarkan dengan skema Initial Public Offering (IPO) sampai Rights Issue. Misalnya rencana IPO anak usaha dari PT Hutama Karya (Persero) yaitu HK Realtindo dengan perkiraan penawaran saham Rp1,4 triliun.

Asmawi menambahkan, sebanyak 26 BUMN juga akan menerbitkan obligasi dengan sebesar Rp 60 triliun. Misalnya PT Angkasa Pura I tahun ini akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 3 triliun dan PT Pertamina yang akan menerbitkan global bond sebesar 1,5 miliar dolar AS.

"PT Pertamina yang akan menerbitkan global bond sebesar 1,5 miliar dolar AS," ujar Asmawi.

Sosialisasi dihadiri pula Direktur Utama BNI 1946 Ahmad Baiquni, Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo, Direktur Utama BRI Asmawi Syam, Direktur BTN Maryono.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016