Tokoh kharismatik Turki itu tampak lemah karena sedang menderita penyakit komplikasi.

Namun semangatnya masih begitu kuat seperti yang terlihat dari pancaran sinar matanya saat menatap setiap orang yang ditemui seraya menyampaikan salam.

Walau berjalan tertatih-tatih, ulama kenamaan Turki Muhammed Fethullah Gulen menghampiri beberapa wartawan Indonesia yang sedang berkunjung di asrama pengasingannya di Pennsylvania, Amerika Serikat.

"Assalamualaikum....," begitu Gulen menyambut wartawan Indonesia dengan senyuman dan suara yang lirih namun jelas, dengan telapak tangan diletakkan di dadanya dalam ruangan tempat mengajarnya di Pennsylvania, Minggu (21/8).

Setelah mempersilakan wartawan duduk, ulama kelahiran Erzurum, Turki bagian timur pada tahun 1941 itu, kemudian memulai kuliah bagi sekitar 20 orang muridnya yang berasal bukan saja dari Turki tapi juga negara lain seperti Irak dan Pakistan.

Aktivitas mengajarnya dimulai setelah lulus dari sekolah swasta di Erzurum dan memperoleh izin untuk berkhotbah.

Gulen mengajarkan pentingnya pemahaman dan toleransi. Upaya reformasi sosialnya membuatnya menjadi salah satu tokoh masyarakat Turki yang paling terkenal dan dihormati pada 1960-an.

Para wartawan turut mendengarkan kegiatan pengajian tersebut seraya menyantap gula-gula khas Turki di ruangan yang juga digunakan untuk salat berjemaah.

Nampak kesabaran dan kesederhanaannya, saat Gulen yang duduk di kursi di hadapan muridnya yang bersila, membentuk lingkaran menjawab setiap pertanyaan dari muridnya.

Menurut salah seorang juru bicaranya Osman Oztoprak, Gulen tampak sederhana karena memang dia berasal dari keluarga sederhana.

"Gulen sangat sederhana, dia tidak punya kemewahan seperti rumah atau mobil. Dia juga tidak punya jabatan di organisasi mana pun. Yang dia punya hanyalah buku-buku hasil karyanya dan ide-idenya," kata Osman.

Para murid Gulen rata-rata memiliki pendidikan setingkat S3. Saat itu mereka sedang membahas tafsir Quran dan hadits dengan presentasi secara bergantian.

Fethullah Gulen selama di pengasingannya tinggal di sebuah gedung yang sederhana milik sebuah yayasan bernama Golden Generation di kawasan Pennsylvania, Amerika Serikat.

Walau saat ini masih musim panas, yang akan berakhir pada akhir September, udara di daerah ini sejuk sehingga tepat untuk beristirahat serta belajar.

Gerakan
Sebelumnya, ketika sekulerisme di Turki menegasikan peran agama dalam kehidupan masyarakat, sehingga kaum elit dididik dengan cara hidup dan nilai-nilai Barat sementara orang-orang di desa semakin sengsara dan terhimpit, muncul gerakan-gerakan politik dan sosial yang ingin mengembalikan negeri tersebut dalam balutan ajaran Islam.

Gulen merupakan satu di antara para tokoh gerakan politik dan sosial tersebut.

Nama gerakan itu adalah Hizmet yang sering pula disebut Gerakan Gulen yang diambil dari nama pendirinya, ulama Fethullah Gulen.

Gerakan Gulen yang transnasional ini memiliki jutaan pengikut di dalam dan di luar Turki.

Gerakan Gulen menyingkirkan para Kemalis, terutama di tubuh militer dan peradilan, dengan menempatkan para aktivis Gerakan Gulen pada posisi-posisi yang selama ini diisi para Kemalis.

Sejak akhir 1980-an, gerakan ini menjadi pemain berpengaruh dalam politik Turki, setelah kader-kadernya mengisi sistem birokrasi, peradilan, pendidikan, parlemen dan ekonomi.

Gulen sendiri mengasingkan diri di Pennsylvania, Amerika Serikat sejak 1999, setelah dituduh berusaha menggulingkan rezim sekuler Turki.

Pendidikan
Muhammed Fethullah Gulen, selain terkenal sebagai ulama besar di negara tersebut juga dikenal sebagai tokoh pendidikan.

Dia memandang ilmu pengetahuan dan agama sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Karenanya, Gulen mendorong penelitian ilmiah dan kemajuan teknologi melalui pendidikan.

Sekolah-sekolahnya banyak tersebar di seluruh dunia termasuk Pioneer Academy di New Jersey, Amerika Serikat.

Walaupun Fethullah Gulen seorang ulama, sekolah-sekolahnya tidak secara khusus memberi pelajaran agama, dan menerima pelajar dari berbagai kalangan dan negara.

Menurut Mehmet Yasar, Wakil Ketua yayasan pendidikan milik Fethullah Gulen, Golden Generation, Pioneer Academy menyelenggarakan pendidikan mulai tingkat taman kanak-kanak hingga kelas 12 (setingkat sekolah menengah atas).

Saat ini Pioneer Academy memiliki 160 siswa termasuk pelajar dari berbagai negara, antara lain Jepang, Thailand, dan Kamboja, kata Mehmet seraya menambahkan sekolah tersebut juga menyediakan asrama bagi pelajar pria.

Setelah Salat Asar berjemaah, Gulen menjamu para wartawan Indonesia dengan teh khas Turki sambil menjawab pertanyaan dengan bahasa Turki yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Osman.

Di ruangan pribadinya yang berukuran sekitar 4 x 6 meter dengan perabotan sederhana, Gulen mengatakan bahwa orang Indonesia memiliki karakter yang baik dan ramah.

Gulen senang bahwa sekolah Turki yang ada di Indonesia tidak ditutup pascakudeta gagal pada 15 Juli 2016, karena menurutnya memang tidak ada kaitannya dengan peristiwa tersebut.

Ketika hari mulai petang dan Gulen tampak mulai letih, Osman meminta wartawan Indonesia untuk mengakhiri bincang-bincangnya yang telah berlangsung sekitar satu jam, agar tokoh agama tersebut bisa beristirahat.

Hingga saat ini Fethullah Gulen belum menikah dengan alasan ingin berkonsentrasi belajar agama Islam dan melakukan syiar dari satu tempat ke tempat lain termasuk di beberapa negara.

Oleh Bambang Purwanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016