Medan (ANTARA News) - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, meluncurkan awan panas sedikitnya 19 kali dalam erupsi, Rabu.

Dalam pesan singkat yang diterima di Medan, Rabu malam, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sejak pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB, terjadi 10 kali luncuran awan panas, tetapi jaraknya tidak teramati karena tertutup kabut.

Namun petugas Pos Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi (PVMBG) mengamati adanya guguran lava pijar sejauh 500 meter ke arah selatan dan tenggara, serta 1.000 meter ke arah tenggara dan timur.

Sedangkan hingga pukul 12.0 WIB, tercatat enam kali munculnya luncuran awan panas yang jaraknya juga tidak terpantau akibat tertutup kabut.

Pada pukul 15.23 WIB, terjadi erupsi yang disertai guguran awan panas dengan amplitudo maksimum 120 mm dan gempa selama 335 detik.

Setelah itu, 23 menit kemudian, muncul lagi guguran awan panas guguran dengan jarak luncur 3.500 meter ke arah tenggara dan timur, dengan amplitudo maksimum 120 mm dan gempa selama 307 detik.

Dalam catatan petugas PVMBG, tercatat telah terjadi 19 kali luncuran awan panas dan 137 kali guguran awan panas sepanjang hari Rabu.

Kondisi itu mengindikasikan aktivitas vulkanik Gunung Sinabung terus menunjukkan peningkatan yang tinggi, terutama peningkatan gempa hybrid yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kubah lava.

Dari pengamatan petugas PVMBG, aktivitas vulkanik dengan ditandai meningkatnya kegempaan tersebut menyebabkan kubah lava Gunung Sinabung sudah mencapai 2,6 juta meter kubik.

Masyarakat dan pengunjung tetap diingatkan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung.

Peringatan juga berlaku untuk jarak 7 km arah selatan dan tenggara, jarak 6 km untuk arah timur, serta jarak 4 km untuk sektor utara dan timur.

Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung juga diminta tetap waspada terhadap bahaya lahar.

Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016