Mekkah (ANTARA News) - Siapapun yang pernah berkunjung ke "kantor" Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja Mekkah di pos pemeriksaan Jumum pasti tak akan habis pikir melihat semangat tiga petugas yang berjaga di sana selama 14 jam sehari.

Siapapun yang pernah bertahan selama minimal 10 menit di "kantor" itu pasti kemudian tak akan segan memberikan 10 jempol untuk Sutio Mulya, Hidayat dan Farid. Tiga serangkai penguasa Jumum.

Jumum adalah pos pemeriksaan kedatangan jamaah ke Mekkah dari Madinah. Di tempat ini pemerintah Arab Saudi akan memeriksa kelengkapan dokumen jamaah, termasuk paspor, sebelum mengizinkan mereka masuk.

Umumnya para jamaah itu menggunakan bus-bus besar berkapasitas 45 sampai 50 orang.

Tugas Sutio Mulya, Hidayat dan Farid adalah memastikan bahwa jumlah jamaah yang masuk ke Mekkah sama dengan yang meninggalkan Madinah dan melaporkannya ke markas besar dan sektor-sektor untuk memulai acara penyambutan. Jarak Jumum ke Mekkah sekitar 30 menit jadi ada cukup waktu untuk bersiap. Sepintas tidak sulit. Dan memang bukan tugas mustahil.

Satu-satunya yang membuat tugas tersebut bahkan tidak menarik bagi para mukimin --warga negara Indonesia yang tinggal di Arab Saudi-- adalah kondisi "kantor" tempat tiga petugas itu berjaga.

"Kantor" yang tepat berada di gerbang masuk Jumum itu hanya memiliki satu kursi, tak berdinding dan beratapkan langit alias ada di tempat terbuka.

Dan Mekkah bukan Puncak, Bogor. Bahkan bukan pula Jakarta, yang terkadang bisa mencapai suhu 34 derajad Celcius.

Mekkah adalah kota dengan suhu rata-rata 43 derajad Celcius pada Rabu (24/8) dan kelembapan 48 persen.

Mekkah adalah kota di mana angin turut membawa serta butir butir pasir.

"Kalau selesai bertugas dan mandi, rambut isinya pasir semua," tutur Sutio Mulyo yang sehari-hari bertugas sebagai petugas transportasi udara dan perlindungan jamaah.

Selama 14 hari Sutio dan dua rekannya menghabiskan hari berdiri di bawah gerbang Jumum. Mencatat setiap bus yang masuk dan memfasilitasi kelancaran pemeriksaan paspor jamaah.

"Kita bekerja mulai pukul 11.30 siang, sampai jam 02.00 dini hari. Setiap hari rata-rata 12 kloter masuk, sekitar 155 bus," kata Sutio.

Menurut dia, pemeriksaan paspor biasanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Selama bus menanti paspor diperiksa, Sutio biasanya akan mengecek jumlah dan kondisi jamaah. Memastikan tidak ada yang tertinggal atau sakit.

"Biasanya kita minta tetap di bus dan kita sampaikan bahwa dalam 30 menit jamaah akan telah tiba di Mekkah."

Menghadapi sengatan matahari dan paparan debu pasir, Sutio mengaku melakukan semuanya untuk ibadah sehingga tidak merasa berat sedikitpun.

"Cuma kena jemur saja karena beratap langit. Apalagi antara pukul 11.30 hingga 12.00, matahari tepat di atas kepala," katanya sambil tersenyum lebar.

Oleh karena ia menyadari jika pekerjaannya tidak ringan maka Sutio mengaku memilih anggota timnya dengan cermat. "Yang orang Jakarta sehingga tak banyak mengeluh," ujarnya.

Mereka memang tidak mengeluh tapi kondisi para petugas ini membuat ketua PPIH Arab Saudi Ahmad Dumyati Bashori bergerak untuk mengurus perizinan agar mendapat pos jaga permanen di Jumum, sebagaimana negara lain.

"Memang tugas mereka tinggal empat hari tapi jika ruang permanen kita dapat maka bisa untuk tahun-tahun mendatang," katanya.





Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016