Jakarta (ANTARA News) - Film Athirah yang diadaptasi dari novel karya Alberthiene Endah dengan judul sama, adalah cerita yang terinspirasi oleh kisah nyata. 

Athirah (Cut Mini) menggambarkan pergulatan perempuan Bugis yang ingin mempertahankan keutuhan keluarganya saat ada perempuan lain memasuki kehidupan suaminya. 

Di saat yang sama, anak lelaki tertuanya yang masih remaja, Ucu (Chritoffer Nelwan), mengalami kesulitan memahami Athirah dan konflik yang tengah terjadi di tengah keluarganya. 

Bagi Miles Films, kisah Athirah menarik untuk diangkat ke layar lebar sebagai potret persoalan keluarga Indonesia di masa lalu yang masih banyak ditemui hari ini. 

Kisah ini menjadi lebih spesial ketika Athirah adalah sosok almarhum ibunda Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia. “Saya kagum ada pejabat negara di negeri ini yang mau berbagi kisah keluarga yang sangat pribadi ke publik,” ujar Mira Lesmana, produser film “Athirah” dalam keterangan pers. 

Solihin Jusuf, cucu almarhum Athirah turut terlibat sebagai produser eksekutif dalam produksi film ini. “Saya sangat senang Miles Films tertarik dengan kisah ini. Bagi keluarga besar kami, kisah pribadi ini justru yang telah mempererat keluarga kami. Kekuatan sebuah keluarga adalah kunci menghadapi berbagai persoalan”, jelas Solihin. 

Selain itu Miles Films, yang telah dikenal menghasilkan film film dari berbagai pelosok Indonesia, belum pernah memotret Sulawesi Selatan sebelumnya. Ini juga merupakan alasan kuat, terutama bagi Riri Riza, sang sutradara yang berdarah Bugis Makassar, untuk mengangkat kisah ini ke layar lebar. 

“Ketika saya membaca novel Athirah, saya merasa mengenal betul ruang keluarga yang digambarkan Alberthiene Endah dengan sangat detail dalam novel ini. Walau almarhumah ibu saya tidak mengalami apa yang dialami Athirah, tapi kekuatan Athirah dapat saya rasakan pula dalam sosok ibu saya” ujar Riri Riza yang sangat antusias menggambarkan detil setting Bugis Makassar dalam film ini seperti fungsi ruang di dalam rumah keluarga, makanan khas yang terhidang hingga fungsi sarung sutera yang lebih dalam dari sekedar pakaian. 

 Film Athirah mengambil lokasi pengambilan gambar di Makassar, Sengkang dan Parepare. Miles Films mengajak talenta-talenta dari Sulawesi Selatan untuk berpartisipasi dalam produksi film ini. Mereka terlibat di depan maupun belakang kamera, sebagai aktor dan kru produksi. Film yang skenarionya ditulis oleh Salman Aristo dan Riri Riza, menjadi sebuah reuni antara Mira Lesmana, Riri Riza, Salman Aristo, Yadi Sugandi (penata kamera), Chitra Subyakto (penata kostum) serta Eros Eflin (penata artistik) dengan sang bintang utama Cut Mini. Delapan tahun yang lalu mereka semua bekerjasama dalam film Laskar Pelangi (2008). 

“Saya pikir, saya tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi bekerjasama dengan keluarga besar Miles Films setelah Laskar Pelangi. Jadi, tak bisa saya gambarkan kebahagiaan saya ketika dipercaya untuk memerankan Athirah” ujar Cut Mini. 

Sementara itu, Christoffer Nelwan juga bukan orang asing di mata Mira Lesmana dan Riri Riza. Ia adalah pemeran Ikal dalam panggung Musikal Laskar Pelangi beberapa tahun silam. 

Jusuf Kalla sendiri sudah menyaksikan film ini. “Terharu sekali melihat ibu saya tergambar di layar lebar. Saya mengerti ada beberapa kejadian yang tidak sama persis dengan kejadian sesungguhnya, tapi jelas sekali dari mana inspirasinya,” jelas JK. 

“Saya memahami persepsi Riri Riza. Sebagai sutradara. Dia punya ruang, apa yang biasanya disebut dengan lisensi kreatif, untuk mengadaptasi cerita ini. Tidak masalah. Yang penting roh kisah ini tepat sekali, bahkan sampai ke selera humornya,” tambahnya. 

Film ini juga dibintangi oleh Tika Bravani (Ida Dewasa) dan Indah Permatasari (Ida remaja) serta nama baru seperti Arman Dewarti (Puang Ajji) dan Nino Prabowo (Ucu dewasa). Juang Manyala, musisi asal Makassar dipercaya untuk menjadi penata musik dalam film ini. 

Sedangkan Theme Song/OST film Athirah dipercayakan pada duo musisi Endah n Rhesa. Athirah akan tayang mulai 29 September 2016 di seluruh bioskop Indonesia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016