Balikpapan (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Senipah  berhenti beroperasi (shutdown) selama 32 jam sejak pukul 06.00 Waktu Indonesia Tengah (Wita), Sabtu (27/8).

Selama itu, Sistem Mahakam kehilangan daya sebanyak 82 Mega Watt (MW) yang berasal dari 2 pembangkit berdaya 41 MW.

"Ada pemeliharaan pipa gas dari pemasok gas," kata General Manajer PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Utara Tohari Hadiat di Balikpapan, Jumat.

PLTG Senipah diharapkan akan beroperasi normal kembali pada Minggu (28/8) sore hari.

Pemasok gas untuk PLTG Senipah adalah Total Indonesia. Total menyalurkan gas sebanyak 20 juta metrik standar kaki kubik per hari (million metric standar cubic feet per day) dari fasilitasnya di Lapangan Senipah untuk PLTG tersebut.

Untuk menggantikan daya listrik yang hilang sementara PLTG Senipah berhenti beroperasi, PLN mengaktifkan secara penuh PLTG Peaking dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Balikpapan Unit 2.

Pada hari-hari normal, PLTG Peaking hanya dioperasikan pada saat beban puncak, yaitu antara pukul 17.00 hingga 23.00. Tambahan daya dari PLTG Peaking adalah 60 MW. PLTU Balikpapan Unit 2 yang sudah bisa sinkron ke Sistem Mahakam diupayakan agar mampu memasok daya 32 MW hingga perbaikan pada PLTG Senipah selesai dilakukan. Dengan demikian dari kedua pembangkit ada daya pengganti sebanyak 92 MW.

Selain itu, sebut Tohari Hadiat, sebagai upaya jaga-jaga, PLN mengimbau pelanggan bisnis atau industri besar untuk menggunakan genset sendiri secara bergantian pada waktu beban puncak.

Pelanggan bisnis yang besar antara lain hotel dan mal, dan bengkel (workshop) besar.

Meski demikian, sebab keadaan ini bukan keadaan normal, PLN menyebutkan masih ada potensi pemadaman listrik di kota-kota yang dialiri listrik dari Sistem Mahakam. Pelanggan dapat mengakses jadwal pemeliharaan yang berpotensi pemadaman itu pada website www.pln.co.id/kaltim dan twitter @kaltim123.

"Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Upaya antisipasi kami lakukan dengan maksimal agar potensi padam pada pelanggan dapat diminimalkan," kata Tohari Hadiat.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016