Banda Aceh (ANTARA News) - Gubernur Aceh Zaini Abdullah menyatakan provinsi ini merupakan salah satu daerah yang kaya ragam seni dan budaya.

"Selama ratusan tahun seni dan budaya terus berkembang dalam kehidupan masyarakat di daerah ini, aktivitas seni tidak pernah padam meski perang dan konflik pernah melanda Aceh," kata Zaini di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Jumat malam.

Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato tertulis yang dibacakan Sekda Aceh, Dermawan di sela-sela membuka Aceh International Rapa"i Festival 2016.

Ia menjelaskan seniman dan budayawan Aceh kerap menjadikan isu sosial sebagai tema dalam karya-karya mereka dan jangan heran jika di Aceh banyak tarian dan nyanyian yang menggambarkan tentang perang dan kehidupan.

"Tarian dan nyanyian Aceh biasanya dimainkan dengan menggunakan alat musik tradisional. Salah satu alat musik khas Aceh adalah Rapa"i, sejenis perkusi yang berkembang sejak masuknya Islam ke daerah ini pada abad ke-9," katanya.

Alat musik gendang tersebut diperkenalkan oleh seorang ulama bernama Syech Rapa"i. Sejak itu Rapa"i menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya di Aceh dan seiring perjalanan waktu, seni Rapa"i mengalami banyak perkembangan dan model, antara lain, ada yang disebut Rapa"i Pase, Rapa"i Aneuk, Rapa"i Daboih, Rapa"i Geleng.

Ia mengatakan sebagai bagian dari identitas Aceh, pihaknya terus berupaya mendekatkan masyarakat dunia dengan alat musik yang ada di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

"Kegiatan ini yang akan berlangsung hingga empat hari ke depan ini turut dimerihak sejumlah seniman perkusi ternama di tingkat nasional dan internasional," katanya.

Pihaknya berharap festival tersebut tidak hanya mampu menghibur masyarakat, tapi dapat juga mendorong rasa cinta seluruh generasi terhadap seni budaya bangsa.

Pembukaan Aceh Internasional Rapa"i Festival 2016 itu ditandai dengan pemukulan rapai yang dilakukan oleh Sekda Aceh Dermawan mewakili Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan turut didampingi Unsur Forkopimda Aceh dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi.

Pewarta: Muhammad Ifdhal
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016