Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Forum Komunikasi Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Armyn Gultom menyoroti sedikitnya generasi muda Islam yang menggeluti dunia usaha.

"Ada semacam kelupaan yang terjadi pada saat ini, yakni junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang bergerak di dunia usaha. Tapi yang terjadi saat ini, malah banyak generasi muda Islam yang memilih menjadi pekerja dibanding wirausaha," ujar Armyn di Jakarta, Ahad.

Dunia usaha, lanjut dia, seakan sepi dengan kehadiran generasi muda Islam. Padahal Nabi Muhammad yang menjadi teladan, mengajarkan untuk berwirausaha.

"Sehngga gerakan ekonomi menjadi pilar ketiga dalam Muktamar Muhammadiyah beberapa waktu lalu," lanjut dia.

Sepinya generasi muda di dunia usaha, juga tak terlepas dari peran perguruan tinggi yang malah mencetak para pencari kerja.

Generasi muda Islam telah menguasai berbagai elemen elit di negeri ini, tapi hanya sedikit yang berada di dunia usaha.

"Kami akan terus mendorong agar semakin banyak generasi muda yang bergerak di sektor ekonomi dan intelektual dengan berbagai program kami. Tanggung jawab kebangsaan tidak hanya berada di pihak lain, tapi tanggung jawab bersama."

Ketua Koordinator Majelis Ekonomi PP Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengatakan dari 10 orang terkaya di Indonesia, hanya satu yang beragama Islam.

"Sementara dari 100 orang terkaya di negeri ini, hanya 22 orang yang beragama Islam. Padahal Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam," kata Anwar.

Anwar menyatakan bahwa pengusaha sejatinya bisa dicetak, meskipun banyak yang mengatakan bahwa pengusaha itu turunan.

"Saya termasuk yang percaya bahwa pengusaha tersebut bisa dicetak," tukas Anwar.

Sekjen Fokal IMM Azrul Tanjung mengatakan kader Fokal IMM yang tersebar di seluruh Indonesia siap bekerjasama dengan pemerintah dan berbgai pihak untuk terus melakukan konsolidasi demokrasi, dan terlibat aktif dalam proses pembangunan.

"Pembangunan yang substantial dan merata dengan menggunakan prinsip pembangunan nasional seperti yang dirumuskan para pendiri bangsa," kata Azrul.

Sebelumnya Fokal IMM mengadakan Rakernas yang salah satu agendanya membahas wacana kembalinya ke UUD 1945. Hal itu dikarenakan Fokal IMM menilai sistem ekonomi, sosial, budaya maupun politik sudah sangat liberal dan tak sesuai dengan  nilak budaya, ekonomi, sosial dan politik Indonesia.

(T.I025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016