Jakarta (ANTARA News) - Pelaku teror bom yang mencoba meledakkan diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Sumatera Utara, Minggu (28/8), disebut banyak belajar cara merakit bom dari internet, kata Menkopolhukam Wiranto.

"Yang bersangkutan memang empat bersaudara dari keluarga yang bapaknya pengacara dan kakaknya punya warnet. Nah hari-hari dia memang aktif di warnet itu, belajar, cari informasi," kata Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, dari ponsel pelaku yang disita aparat keamanan, pelaku teror diketahui kemudian terobsesi dengan tokoh ISIS Abu Bakar Al-Baghdadi.

Di dalam ransel pelaku juga ditemukan tulisan "I Love Al Baghdadi" beserta cuplikan-cuplikan dari hasil browsing di internet tentang ISIS.

"Di tempat kost setelah digeledah aparat keamanan, juga ada bahan-bahan untuk merakit bom, ada kabel-kabel tembaga, ada travo, ada bubuk mesiu atau black powder tapi mungkin bukan mesiu karena di situ ada banyak baterai NACL itu yang namanya untuk flaslught," katanya.

Selain itu kata Wiranto, juga ditemukan lampu bohlam sebanyak 85 buah dan beberapa bahan yang disinyalir merupakan perlengkapan untuk membuat bom sederhana.

Rakitan pipa yang dipotong berjumlah enam berisi bubuk mesiu dan korek api yang dibawa dengan ransel dipunggung pelaku dibuat secara tidak sempurna sehingga tidak meledak bahkan jika meledak pun efeknya diperkirakan hanya seperti petasan.

"Hasil pendalaman aparat keamanan dia tidak masuk dalam jaringan teroris. Dia terobsesi dari internet itu, saya kira ini juga alert bagi orangtua bagaimana untuk bisa awasi anaknya sehingga tidak terus dicekoki berita di internet yang menyesatkan yang membuat mereka terobsesi pada satu ajaran," katanya.

Dari hasil penyelidikan, kata Wiranto, yang bersangkutan juga belum genap berusia 18 tahun atau masih kurang dua bulan sehingga pasal yang dikenakan kepada pelaku teror tersebut yakni UU yang mengatur kejahatan di bawah umur.

"Intinya terorisme ini musuh kita bersama, jangan hanya diserahkan ke aparat. Jangan berpikir ini tugas aparat, pemerintah. Kita tak mungkin bisa melawan terorisme kalau tidak bersatu-padu melawan terorisme. Nyatanya ini merugikan kepentingan nasional," katanya.

Pelaku yang berinisial IAH yang merupakan pelaku percobaan bom bunuh diri di Gereja Stasi Santo Yosep, Medan, itu memang diduga terobesi oleh salah satu tokoh kelompok militan negara Islam Irak dan Suriah ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi.

Percobaan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Medan, Minggu (28/8).

Ledakan yang diduga bom berkekuatan rendah itu terjadi sekitar pukul 08.20 WIB saat Pastor Albert Pandiangan, selesai membaca kitab suci.

Saat itu tas ransel yang dibawa pelaku yang duduk di kursi barisan pertama meledak dan pelaku yang sempat menusuk lengan kiri Albert kemudian ditangkap umat.

Polisi yang tiba sesaat setelah kejadian kemudian menyisir gereja hingga pada pukul 10.10 WIB, Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Sumut meledakkan bahan peledak yang masih tersisa di halaman gereja itu.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016