Jakarta (ANTARA News) - Dengan keperluan besi baja hingga 20 juta ton setahun, Indonesia dinilai sangat prospektif bagi produser besi baja terbesar di dunia asal Korea Selatan, Posco. 




Posco menanamkan investasi di Indonesia melalui Posco Indonesia Inti, dengan PT Krakatau Posco sebagai salah satu anak perusahaannya. 




Pejabat Posco, di Jakarta, Selasa, menyatakan, “Kami memiliki beberapa anak perusahaan terkait. Produksi kami di Indonesia baru 3 juta ton besi baja setahun dan produksi mitra kami, PT Krakatau Steel, juga 3 juta ton setahun.”




Dari 3 juta ton produksinya, PT Krakatau Posco mampu membuat 1,5 juta ton besi slab dan 1,5 juta ton besi plat, dengan komposisi saham 70 persen Posco (dari kantor pusat di Pohang, Korea Selatan) dan 30 persen ada di tangan PT Krakatau Steel. 




“Pasar masih sangat terbuka. Banyak proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia yang giat dilaksanakan pemerintah Indonesia saat ini dan ke depan, dan memerlukan besi baja,” kata dia. 




Posco dari kantor pusatnya di Pohang, kata pejabat yg tidak ingin diungkap jatidirinya itu, telah memutuskan untuk memperbesar volume bisnis mereka di Indonesia yang diharapkan terwujud sepenuhnya pada 2025 nanti. 




“Kami ingin meningkatkan volume produksi hingga 10 juta ton setahun. Juga menambah jenis-jenis produk yang dibuat dari lokasi investasi kami di Cilegon, Banten,” kata dia. 




Posco berdiri pada 1968 di Pohang, Korea Selatan, dan memproduksi 1 juta ton besi baja setahun pada 1973. 




Posco melantai di lantai bursa New York pada 1994, sekaligus menjadi perusahaan Korea Selatan pertama yang didaftar di sana. 




Pada 2014, produksi besi baja mereka secara global adalah 37,6 juta ton. 




Selain besi baja, Posco juga bergiat di bidang perdagangan, energi dan konstruksi, sistem intelijen dan komputasi, dan bidang-bidang lain. 




Sebagai grup usaha, di seluruh dunia Posco membukukan bisnis senilai 59,8 miliar dolar Amerika Serikat pada 2014 dengan 26,8 miliar dolar Amerika Serikat dari aspek besi baja. 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016