Kalau diingat-ingat, tidak menyangka juga. Semuanya seperti berjalan cepat, tidak terasa
Kudus (ANTARA News) - Kevin Sanjaya menjadi salah satu pemain bulu tangkis sektor ganda yang diperhitungkan saat ini.

Bersama pasangannya Marcus Fernaldi Gideon, Kevin berhasil menjuarai turnamen Superseries Australia Terbuka 2016 dan India Terbuka 2016. Kini, mereka menduduki peringkat 11 dunia.

Pencapaian Kevin hingga ke arena internasional dimulai dari klub-klub kecil di kota asalnya, Banyuwangi. Setelah beberapa kali pindah klub, Kevin berambisi untuk masuk ke klub besar PB Djarum di Kudus. 

Siapa sangka, Kevin pernah gagal saat mengikuti audisi klub tertua itu.

Pada tahun 2006, Kevin yang masih berusia 11 tahun mencoba peruntungan pertamanya. Perjalanan selama sekitar 12 jam harus ditempuh Kevin, diantar kedua orangtuanya, Sugiarto dan Niawiti, menuju kota Kudus.

Namun, Kevin gagal. Ia dinilai masih terlalu kecil. Kegagalan itu tidak membuat bungsu dari dua bersaudara itu terpuruk. Kevin terus berlatih bersama klubnya Sari Agung di Banyuwangi.

"Saya masih ingat rasa deg-degannya setiap lihat hasil turnamen. Serunya itu," ujar Kevin, kepada ANTARA News, Rabu.

Setahun kemudian, Kevin mencoba lagi beradu nasib di Kudus. Kali ini, jalan Kevin lebih mudah. Ia langsung mengantongi tiket nominasi hingga akhirnya masuk karantina.

"Tentu saja saya senang bisa masuk klub besar, semua difasilitasi dan terpenuhi. Apalagi kalau ingat perjuangan orangtua saya, mengantar jauh-jauh, cari penginapan, dan selalu mendukung saya demi menjadi atlet profesional," katanya.


Berawal pemain tunggal

Ternyata, masuk di klub besar tidak langsung membawa Kevin pada kenyamanan. Kevin harus jatuh bangun lagi. Puncaknya, saat prestasinya sebagai pemain tunggal belum begitu terlihat.

Sebelum bersinar sebagai pemain ganda, Kevin memang fokus sebagai pemain tunggal.

"Banyak pelatih yang menyarankan saya sebagai pemain ganda karena mereka melihat saya lebih cocok di ganda. Awalnya saya tidak mau. Waktu itu usia saya masih 13-14 tahun, jadi saya pikir masih bisa main tunggal dan ganda. Lalu pelatih ganda dari Jakarta sampai datang, kasih saya pertimbangan-pertimbangan. Akhirnya saya mau," tutur Kevin.

Pilihan itu ternyata tidak salah. Di Kejuaraan Dunia Junior BWF 2009, Kevin bersama pasangannya Masita Mahmudin berhasil memboyong medali perak.

Selanjutnya, ia meraih medali perunggu Kejuaraan Bulu Tangkis Asia Junior 2012 bersama Alfian Eko Prasetya dan tahun 2013 dengan Arya Maulana Aldiartama.

Namanya mulai melejit saat ia bersama Greysia Polii berhasil mengalahkan ganda campuran peringkat satu dunia, Zhang Nan/Zhao Yunlei, di babak pertama BCA Indonesia Open Superseries Premier 2014 silam di Istora Gelora Bung Karno, Senayan.

"Kalau diingat-ingat, tidak menyangka juga. Semuanya seperti berjalan cepat, tidak terasa," ujar atlet kelahiran 2 Agustus 1995 itu.

Perjalanan Kevin memang masih panjang sejak memutuskan fokus di bulu tangkis saat masih duduk di bangku kelas 3 SD. 

"Sekarang target saya ingin juara di Olimpiade 2020 Tokyo," katanya mantap.

Disamping fokus mengejar mimpinya, Kevin tidak melupakan pendidikan. Saat ini, ia mengambil kuliah di Perbanas jurusan manajemen.

"Selalu lakukan yang terbaik dan jangan pernah sia-siakan waktu," tambahnya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016