Jakarta (ANTARA News) - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Profesor Asep Usman Ismail mengatakan ibadah haji tidak sekadar ritual, namun juga mengajarkan persatuan umat Islam dari berbagai latar belakang.

"Bukan sekadar ritual, naik haji kemudian pulang mendapat gelar haji, hajjah. Haji sebenarnya mengandung makna simbolik yang dalam sekali untuk persatuan dan kesatuan umat Islam di Indonesia maupun dunia," kata Asep di Jakarta, Rabu.

Di dalam pelaksanan ibadah haji, jutaan umat Islam dari berbagai bangsa di seluruh penjuru dunia berkumpul di satu titik melakukan ritual yang sama. Puncaknya adalah ketika wukuf di Arafah di mana semua identitas, atribut dilepas dan hanya memakai kain putih.

Menurut pengajar mata kuliah tasawuf dan tafsir untuk masalah-masalah sosial itu, ajaran dasar Islam dirancang sistematik dan sistemik, semua komponen satu sama lain saling menguatkan.

"Simbolik yang mempersatukan umat Islam itu sebetulnya banyak, salah satunya adanya Kabah. Itu yang mempersatukan umat," katanya.

Di dalam kitab suci umat Islam sendiri, Al Quran, disebutkan perbedaan latar belakang itu harus direnungkan supaya bisa saling mengenal, termasuk mengenal budaya, bahasa, dan adat istadat masing-masing.

Bahkan, di dalam pergaulan sehari-hari umat Islam diperintahkan berlaku baik kepada kepada umat beragama lain.

Oleh karena itu, menurut dia sangat tidak tepat apabila ada sekelompok umat Islam yang merasa benar sendiri dan memusuhi bahkan menyerang yang lain, terlebih dengan menyerang tempat ibadah seperti serangan di halaman Masjid Nabawi, Madinah, beberapa waktu lalu.

Pada momentum Hari Raya Idul Adha yang juga disebut Lebaran Haji ini Asep mengajak seluruh umat Islam bersatu melawan kelompok radikal teroris yang merasa benar sendiri itu dan jelas-jelas menyalahi ajaran Islam.

"Radikalisme dan terorisme tidak dibenarkan Islam, apa pun bentuknya," kata dosen tetap Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016