Mereka bisa memberi jaminan suara yang baik di rekaman maupun saat live
Jakarta (ANTARA News) - Kolaborasi dalam bermusik umumnya dilakukan oleh para vokalis, namun kali ini dua band berbagi ide sehingga melahirkan D’Essentials of Groove.

Maliq & D’Essentials dan The Groove, dua band ternama beraliran pop progresif, mengadakan konser D’Essentials of Groove yang merayakan keberagaman musik meskipun berbeda generasi.

The Groove lebih dulu “lahir” dan kini telah berusia 19 tahun. Lagu-lagunya akrab di telinga mereka yang tumbuh pada tahun 90an sehingga konser di JCC pada Selasa (6/9) malam banyak didatangi oleh penonton yang berusia di atas 30 tahun.

Maliq & D’Essential merayakan ulang tahunnya yang 14 tahun ini dan vokalisnya Angga Puradiredja, di atas panggung malam itu, mengaku mereka memang mengidolakan “kakak” mereka tersebut.

Konser dibuka langsung oleh penampilan Maliq dan The Groove, setelah penonton disuguhi video musik lagu terbaru mereka di layar putih yang semula menutupi panggung.

Penonton langsung merasa mendapatkan sesuai dengan apa yang mereka bayangkan sebelum pertunjukan, bahwa The Groove dan Maliq akan bersama di panggung.

Lagu “Heaven” milik Maliq dipilih menjadi pembuka malam itu, yang begitu meriah dan mampu menyatukan kedua band yang sama-sama memiliki album yang mengandung kata “mata, hati dan telinga” ini.

“Heaven”, yang diambil dari “Free Your Mind” ini mencuri perhatian penonton, selain memang sudah dikenal, lagu ini menghadirkan The Groove tanpa harus mengikuti si empunya lagu.

The Groove dan Maliq & D’Essentials meramu musik mereka sedemikian rupa tanpa kehilangan warna masing-masing sekaligus tidak ada yang lebih dominan.

Sebelum konser, The Groove dan Maliq sudah melempar lagu terbaru mereka “Coba Katakan Dengan Cinta”, yang mereka bawakan menjelang penghujung konser, sehingga penonton sudah memiliki gambaran mengenai kolaborasi yang berlangsung malam itu.

Angga, Indah (Maliq), Rieka Roeslan dan Reza (The Groove) apik berbagi vokal pada setiap lagu yang mereka bawakan bersama, seperti “Drama Romantika”, “Dia”, “Bila” dan “Dahulu”.

Maliq dan The Groove tak melulu tampil berkolaborasi, hanya di awal dan di akhir konser yang dibagi menjadi dua segmen, masing-masing band mendapat porsi yang cukup lama untuk tampil solo.

Mood penonton, maupun penyanyi, terjaga karena mereka menempatkan kolaborasi di depan, tengah dan tentu akhir konser.

Indah, saat memberi keterangan kepada wartawan Rabu (7/9) dini hari seusai konser, mengatakan repertoir yang mereka bawakan malam ini sudah mereka uji coba sehingga mereka pun tahu kapan harus “mengambil napas”.



Jodoh

Maliq & D’Essentials dan The Groove selain memiliki kemiripan dalam bermusik juga banyak hal lain sehingga mereka sangat menyambut baik kolaborasi yang digagas oleh Yovie Widianto dan Berlian Entertainment.

Kedua band itu sama-sama berulang tahun pada 15 Mei dan memiliki formasi band yang mirip dengan dua vokalis, masing-masing laki-laki dan perempuan.

Bila Maliq terkenal dengan album “Mata Hati Telinga” pada 2009, The Groove telah lebih dulu memiliki “Mata, Telinga dan Hati” (2001).

“Jodoh kali ya,” kelakar Rieka saat di panggung.

Rieka pada beberapa kesempatan lalu sempat mengatakan mereka memang seperti kakak-adik dalam hal bermusik, selain usia band yang terpaut beberapa tahun.

Yovie Widianto saat jumpa pers menjelang konser Agustus lalu menyatakan Maliq dan The Groove, sebagai pionir grup musik pop progresif berbalut jazz, memiliki kekuatan ciri khas.

“Mereka bisa memberi jaminan suara yang baik di rekaman maupun saat live,” kata Yovie.

Konser berdurasi hampir tiga jam menjadi tidak terlalu lama karena The Groove dan Maliq betul-betul tampil prima, baik dalam bermusik maupun menghibur penonton.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016