Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan penggunaan energi alternatif pada industri masih terbilang mahal, sehingga belum banyak industri yang memanfaatkannya.

"Karena kebanyakan energi alternatifnya ini kan kilowatt per hournya lebih mahal dari yang konvensional," kata Airlangga ditemui di Jakarta, Jumat.

Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan subsidi dari pemerintah untuk dapat menerapkannya lebih luas lagi.

Airlangga menyampaikan hal tersebut usai bertemu Chairman Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma di Gedung Kemenperin.

Menurut Airlangga, beberapa industri telah menggunakan energi alternatif dalam proses produksinya, seperti industri pulp dan kertas, serta industri pengolahan kelapa sawit yang menggunakan biomassa.

Adapun beberapa energi alternatif yang potensial digunakan untuk industri antara lain geothermal (energi paans bumi, energi angin, energi matahari dan energi air.

Sementara itu, Surya Darma menyampaikan, pengembangan energi terbarukan atau energi alternatif membutuhkan teknologi, SDM, perencanaan yang bagus dan investasi yang besar di awal.

"Butuh kesiapan dan komitmen dari pemerintah. Jadi harus ada roadmap yang bagus. Kalau ini tidak disiapkan dengana baik, tidak mungkin bisa masuk, butuh regulasi juga," ungkapnya.


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016