Batam (ANTARA News) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa mengingatkan agar masyarakat lebih mewaspadai sindikat prostitusi anak lelaki.

"Sindikat prostisusi sudah masuk ke anak lelaki," kata Menteri Khofifah di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu.

Ia mengatakan kasus prostitusi yang melibatkan imigran pencari suaka di Batam menjadi peringatan kepada masyarakat agar lebih waspada.

Kini, sindikat prostitusi tidak hanya mengancam anak perempuan, melainkan juga anak lelaki.

"Sekarang kita tidak hanya menyiapkan kewaspadaan anak perempuan yang kemungkinan terkooptasi sindikat prostitusi," katanya.

Menteri mengaku sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian terkait prostitusi yang melibatkan imigran, dan menyerahkan selanjutnya ke Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM.

Di tempat yang sama, Gubernur Kepri Nurdin Basirun meminta agar aparat segera menangani kasus itu hingga tuntas.

Gubernur juga meminta seluruh imigran dikembalikan ke negaranya masing-masing.

Gubernur menyesali adanya imigran yang berbuat negatif di tengah masyarakat.

Wali Kota Batam Muhammad Rudi menyatakan, kehadiran imigran di tengah masyarakat sudah meresahkan.

Pemkot Batam menyurati Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan untuk meminta petunjuk cara penanganan imigran.

"Sampai sekarang belum ada jawaban dari Kementerian," katanya.

Imigrasi menahan 10 orang imigran lelaki pencari suaka yang diduga terlibat kasus prostitusi.

Di Batam, setidaknya ada tiga lokasi berkumpulnya para imigran, yaitu di Rumah Detensi milik Ditjen Imigrasi, sebuah hotel yang dibiayai oleh IOM dan Taman Aspirasi yang terletak di tengah kota.

Di hotel tersebut, imigran hidup bebas, dapat ke luar dan masuk penginapan sesuka hati. Tidak ada pengawasan yang ketat mengatur pergerakan imigran.

Di hotel, imigran nampak hidup berkecukupan. Beberapa di antaranya terlihat menggunakan telepon selular canggih.

Sedangkan di Taman Aspirasi yang terletak di antara Gedung Kejaksaan Negeri dengan Gedung DPRD, dekat dengan Kantor Pengadilan Negeri dan berhadapan dengan Kantor Imigrasi, para imigran hidup di dalam tenda.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016