Madrid (ANTARA News) - Aktivis perlindungan satwa bentrok dengan masyarakat yang menyelenggarakan  festival tahunan perburuan banteng. Festival di Spanyol tengah itu sekarang untuk pertama kalinya dilarang.

Seperti yang diberitakan laman Reuters, Festival Toro de la Vega di kota kecil Tordesillas sudah berlangsung sejak 1534.

Pemburu berkuda maupun berjalan kaki mengejar banteng dari jalan hingga ke hutan pinus sambil membawa senjata tombak.

Pemerintah setempat mengatakan festival tersebut tidak lagi berakhir dengan membunuh banteng.

Kelompok pelindung satwa mengklaim peraturan tersebut merupakan kemenangan karena Spanyol masih terkenal dengan tradisi olah raga berdarah tersebut dan mereka turun ke jalan untuk merayakan  perubahan tersebut.

Bentrokan kecil terjadi di acara yang diawasi polisi, antara pendukung dan aktivis saat Toro de la Pena, sebelum acara inti, ketika banteng dikejar dengan tongkat sebelum dibiarkan pergi.

Puluhan aktivis meneriakkan “kami tidak akan berhenti sampai dihapus” sambil melambaikan tangan yang dicat merah.

Para pendukung acara memprotes aturan tersebut dan menuntut festival, yang diikuti ratusan orang dan ditonton hingga ribuan orang, dikembalikan seperti semula.

“Toro de la Vega harus terus berlanjut dan siapapun yang tidak suka, jangan datang,” kata salah satu pendukung bernama Lara Avila.

“Mereka tidak perlu menderita datang kemari dan mengacaukan pesta kami.”

Tradisi kuno Spanyol yang berakhir dengan menyembelih banteng, masih memiliki penggemar setia.

Pengunjung naik selama dua tahun terakhir setelah sempat turun tajam, hanya di bawah 10 persen warga yang menonton festival seperti itu.

Acara tersebut ditentang gerakan perlindungan satwa dan beberapa pemerintah daerah melarang acara seperti itu dengan menghapus subsidi atau mengeluarkan peraturan.

“Saya tidak bisa berkata-kata. Ini kekejaman,” kata salah satu aktivis Sonia Vallense.

“Mereka tidak juga berhenti. Mereka akan membunuh banteng-banteng dengan cara lain,” kata dia.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016