Jakarta (ANTARA News) - Situs belanja online Lazada Indonesia mencoba menggaet kelompok ekonomi kelas menengah untuk berbelanja online melalui kampanye tertajuk "Super Brand Week" pada 13 hingga 18 September 2016.

Melalui Super Brand Week, Lazada memberikan kemudahan bagi masyarakat kelas menengah Indonesia, yang mungkin sebelumnya belum pernah berbelanja online, untuk berbelanja produk-produk brand terkenal.

Lazada juga menghadirkan beberapa inisiatif lainnya untuk menjadikan pengalaman belanja online lebih nyaman seperti membebaskan konsumen dari ongkos kirim, pilihan bayar di tempat untuk lebih banyak produk, dan membuat berbelanja online melalui smartphone lebih mudah.

“Kegiatan Super Brands Week bukan hanya tentang diskon-diskon produk, namun sebagai usaha Lazada untuk menghadirkan produk terbaik bagi konsumen Indonesia dan di saat bersamaan membantu ekosistem e-commerce tanah air dengan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap belanja online."

"Dengan bekerja sama dengan merek ternama, kami dapat meyakinkan konsumen bahwa mereka akan menerima produk yang asli, sehingga menghilangkan kekhawatiran konsumen terhadap kualitas barang yang mereka beli secara online,” jelas Florian Holm, co-CEO Lazada Indonesia, dalam pernyataan persnya, Rabu.

Menurut Holm, Lazada telah bermitra dengan Samsung, Nikon, Asus, Levi’s, Nike, Adidas, L’oreal Paris, Maybelline, Sharp, Phillips, Pampers, Mamypoko, Mothercare dan masih banyak lagi, untuk memasarkan produk mereka bagi konsumen belanja online di Indonesia.

Untuk semakin memudahkan konsumen berbelanja, merek-merek terkenal itu membuka toko mereka pada website Lazada. Tampilan website yang baru juga merefleksikan usaha Lazada untuk menyederhanakan pengalaman berbelanja online dengan menghadirkan tab khusus yaitu ‘Shop Brands’.

Dengan lebih dari 150 merek ternama dunia yang berpartisipasi pada Super Brands Week, konsumen belanja online di Indonesia akan lebih mudah untuk menemukan produk dari merek favorit mereka.

Menurut penelitian terbaru dari Google dan Temasek, Indonesia diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar 52 persen dari pasar e-commerce Asia Tenggara pada tahun 2025, mencapai nilai 46 miliar dolar AS.

Namun angka tersebut sayangnya masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia, yang ingin mencapai target nilai pasar sebesar 130 miliar dolar AS pada tahun 2020.

eMarketer memperkirakan bahwa saat ini e-commerce di Indonesia hanya memiliki kontribusi kurang dari 2,2% dari total transaksi ritel di tahun 2016. Walaupun angka ini sudah meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 1,4%, sementara negara dengan industri e-commerce yang lebih maju seperti China dan Inggris, saat ini sudah mencapai penetrasi 19,6% dan 15,7%.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016