Mekkah (ANTARA News) - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama Abdul Djamil mengingatkan bahwa membawa barang yang dilarang dalam kopor, seperti air zamzam, hanya akan merugikan jamaah.

"Bahwa pada akhirnya mereka sendiri akan rugi kalau tetap membawa air zamzam di dalam koper. Disamping berbahaya," kata Abdul Djamil di Hotel Nasamat Al Khair, Mahbas Jin, Mekkah, Kamis.

Kopor yang terbukti membawa barang terlarang berpeluang besar dibongkar di bandara yang dapat mengakibatkan keterlambatan penerbangan sehingga merugikan seluruh jamaah.

"Kalau dibongkar disini tidak masalah. Tapi kalau dibongkar di bandara jelang take off akan menghambat dan yang dirugikan jamaah secara keseluruhan," jelasnya.

Abdul Djamil dengan didampingi oleh Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis meninjau langsung penimbangan kopor jamaah kelompok terbang (kloter) pertama embarkasi Padang yang akan pulang ke tanah air pada 17 September 2016.

Kepala Sektor dan Kepala Kloter jauh-jauh hari menurut Abdul telah melakukan sosialisasi kepada jamaah bahwa dilarang membawa air di kopor termasuk air zam-zam.

"Mudah-mudahan nanti ketika dicek di bandara melalui x-ray, itu benar-benar tidak ada. Tapi kelebihan muatan itu satu dua masih ada," katanya menjelaskan bahwa sosialisasi dilakukan berlapis hingga ketua regu.

Abdul Djamil mengimbau jamaah agar yang barang bawaannya lebih dari ketentuan 32 kilo gram mengirim barang-barangnya melalui jasa kargo.

"Supaya lancar di bandara," ujarnya.

Sebelumnya Kepala Daerah Kerja Mekkah, Arab Saudi, Arsyad Hidayat mengatakan pada musim haji 2015 petugas menyita tiga ton air zamzam dari jamaah menjelang kepulangan ke Tanah Air.

Ia mengatakan peristiwa tersebut selalu terulang setiap tahun dan jamaah makin kreatif setiap tahunnya.

Sayangnya tahun ini Madinatul Hujjaj atau "city check in" ditiadakan sehingga barang-barang jamaah akan dikirim langsung ke bandara.

Ia mengkhawatirkan jika pihak keamanan Arab Saudi memutuskan menahan koper-koper tersebut sehingga membuat keterlambatan penerbangan atau justru jamaah pulang tanpa koper.

Untuk mengantisipasi hal itu maka petugas PPIH akan memulai pemeriksaan koper dua hari sebelum kepulangan di pemondokan. Sayangnya di pemondokan tidak tersedia alat deteksi cairan.

Jamaah kloter awal gelombang pertama akan pulang pada 17 September dinihari.

Pemulangan tahap pertama akan mencakup sembilan kloter melalui bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Jamaah menurut Arsyad akan diberangkatkan dari Mekkah menuju Jeddah 10 jam sebelum jadwal penerbangan.

"Karena ketentuan Arab Saudi minimal enam jam sebelum take off sudah ada di bandara. Kalau persiapan dua jam dan perjalanan dua jam berarti perlu 10 jam dari keberangkatan ke bandara," katanya.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016