Bishkek, Kirgiztan (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin, Sabtu, mengharapkan Amerika Serikat memegang janjinya mengenai Suriah dan dia yakin bahwa kelangsungan gencatan senjata di negara bergolak tersebut adalah cita-cita bersamaa Moskow dan Washington.

AS dan Rusia pada Jumat menyatakan menginginkan perpanjangan empat hari gencatan senjata di Suriah, tempat mereka menjadi pendukung bersama, meskipun kesepakatan tersebut semakin memudar dan dikacaukan oleh peningkatan kekerasan dan kegagalan pemberian bantuan.

Dua negara seteru dalam Perang Dingin itu sama-sama mendukung pihak berseteru dalam perang di Suriah, menyebabkan kerja sama makin sulit.

Moskow mendukung Presiden Bashar Al Assad, sedangkan Washington mendukung beberapa kelompok pemberontak untuk menggulingkan pemimpin Suriah itu.

"Mitra kami (AS) menuntut keterbukaan, namun mereka justru mengabaikan tuntutan itu," kata Putin kepada sejumlah wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Bishkek, Ibu Kota Kyrgitan, untuk menghadiri pertemuan pemimpin puncak bekas negara-negara Uni Soviet.

"Hal ini menyebabkan kesulitan mereka (AS) dalam menghadapi...bahwa mereka masih belum bisa memisahkan bagian aman dari oposisi (Suriah) dengan semikriminal...namun kami lebih banyak bersikap positif daripada negatif dan berharap janji, yang diucapkan (oleh AS)...akan segera ditepati," katanya menambahkan.

Hampir lima juta penduduk Suriah melarikan diri dari negaranya dan sekitar 6,5 juta jiwa mengungsi di negaranya selama konflik yang berlangsung lebih dari lima tahun itu.

Suriah berkontribusi terhadap 65,3 juta orang yang terusir dari negaranya di seluruh dunia pada tahun lalu.

Putin juga memberikan komentar mengenai Pemilihan Presiden AS pada November mendatang bahwa Moskow akan mendukung siapa pun di berbagai negara yang ramah terhadap Rusia.

Calon Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump mengaku mengagumi Putin. Hal itu memicu spekulasi mengenai kemungkinkan mencairnya hubungan antara Moskow dan Washington yang saat ini masih dingin jika Trump memenangkan perebutan kursi di Gedung Putih.

Pada Sabtu pagi, pembantu di Kremlin, Yuri Ushakov, menyatakan bahwa Putin akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Peru pada November mendatang.

Dia menambahkan bahwa Presiden AS Barack Obama juga diperkirakan hadir dalam pertemuan tersebut.

Obama, yang juga sulit dalam berhubungan dengan Putin, akan mundur pada Januari tahun depan, demikian Reuters.

(Uu.M038)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016