Columbus, Ohio (ANTARA News) - Pejabat pada Jumat petang akan membahas perkara seorang berkulit hitam berusia 13 tahun tewas tertembak pada pekan ini oleh seorang polisi berkulit putih, yang menanggapi pemberitahuan terkait perampokan, untuk menjaga ketenangan, kata pejabat kota itu.

Wali Kota Andrew Ginther dan Kepala Polisi Kim Jacobs akan menjawab sejumlah pertanyaan "untuk memberikan pembicaraan sehat saat terjadi tragedi masyarakat, yang menyakitkan," kata pernyataan Gereja Seventh-Day Adventist Pusat, tempat pertemuan itu. Pejabat juga akan hadir bersama jemaat gereja Afrika-Amerika.

"Itu saat sulit bagi kota dan kami ingin memastikan bahwa kami ada untuk mendengarkan dan menjawab segala pertanyaan," kata juru bicara kota Robin Davis.

Petugas Bryan Mason menembak Tyre King berulang kali di gang di Columbus pada Rabu sore setelah remaja itu mengeluarkan yang tampak sebagai pistol, kata polisi. Benda itu kemudian dipastikan sebagai pistol berpeluru plastik BB.

Polisi menanggapi laporan perampokan bersenjata. Korban mengatakan kepada petugas bahwa sekelompok pria meminta uang dengan paksa dan mengancam dengan pistol.

Sesaat kemudian, pejabat menemukan tiga pria, termasuk King, yang sesuai dengan gambaran tersangka, kata polisi.

Saat mencoba menangkap King. Mason menembak remaja itu setelah dia mengeluarkan pistol tiruannya, kata polisi.

Keluarga King mengatakan dalam pernyataan, yang dikeluarkan lembaga hukum Columbus, bahwa mereka mempertahankan penyelidikan terhadap kejadian itu karena kesaksian tidak serupa dengan yang disebutkan polisi.

Penyelidikan internal kepolisian terhadap insiden itu dan sebuah penyelidikan terpisah terkait perampokan yang dilaporkan sedang dalam proses. Seorang hakim akan memutuskan apakah Mason akan dijatuhi dakwaan kriminal atau tidak, kepolisian mengatakan.

Kematian King terjadi hampir dua tahun setelah Tammir Rice, 12, juga berkulit hiram, tewas tertembak petugas berkulit putih di Cleveland, yang mendapatkan laporan terkait seorang tersangka bersenjata di sebuah taman.

Penyelidikan mengungkapkan bahwa Rice membawa pistol mainan.

Kematian Rice menjadi sebuah titil kampanye gerakan Black Lives Matter dan menjadi salah satu insiden yang mengarah kepada terjadinya aksi demonstrasi besar-besaran yang menentang penggunaan paksaan berlebih terhadap kalangan minoritas, terutama terhadap para pemuda kulit hitam, oleh pihak kepolisian.

Keadaan di Columbus tetap tenang sejak kematian King. Para keluarga dan kerabat mengadakan acara doa pada Kamis dekat lokasi kejadian.

"Mata saya masih bengkak dan kepala saya masih sakit," kata media Columbus, Columbus Dispatch, mengutip saudari King, Marshay Caldwell, 13.

"Dia benar-benar tidak kembali," tambahnya demikian dikutip Reuters.

(Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016