Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB (ANTARA News) - Sedikitnya 18 truk dalam konvoi 31 kendaraan yang mengirimkan bantuan di Suriah kena serangan yang menurut kelompok pengawas menewaskan sedikitnya 12 orang pada Senin (19/9).

Konvoi bantuan dari PBB dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (Syrian Arab Red Crescent/SARC) tersebut sedang dalam perjalanan menuju kota kecil Orum al Kubra yang sulit dijangkau di Provinsi Aleppo untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi 78.000 orang menurut PBB.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyatakan 12 petugas bantuan dan pengemudi tewas akibat serangan tersebut, namun PBB tidak mengonfirmasi data korban serangan tersebut.

Jan Egeland, kepala satuan tugas kemanusiaan PBB untuk Suriah, mengatakan di Twitter bahwa ada "banyak yang tewas dan terluka" akibat serangan itu.

Konvoi tersebut "dibom hari ini meski tidak ada konflik dengan para pihak" dan badan bantuan sudah mengoordinasikan pergerakan mereka dengan semua pihak di lapangan," tambah dia.

Kepala bantuan PBB Stephen O'Brien mengatakan dia "sangat prihatin" dengan insiden tersebut dan meminta "semua pihak yang berkonflik, sekali lagi, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi para petugas kemanusiaan, warga sipil, dan infrastruktur sipil seperti yang sudah ditetapkan oleh hukum kemanusiaan internasional."

Gudang SARC juga kena serangan menurut juru bicara PBB Stephane Dujarric.

"Berbagai sumber mengonfirmasi bahwa kota ditembaki petang ini," tambah dia.

"Namun demikian, situasi dan pelaporan terus berubah dan kami saat ini tidak bisa secara mandiri mengonfirmasi jumlah korban," tambah dia.

Komite Internasional Palang Merah (International Committee of the Red Cross/ICRC) mengonfirmasi serangan terhadap konvoi bantuan itu.

"Situasi di lapangan sangat kacau dan kami sangat terkejut para pekerja dan misi kemanusiaan ikut menderita akibat konflik brutal ini," kata juru bicara ICRC Ingy Sedky kepada kantor berita AFP.

Militer Suriah sebelumnya mengumumkan akhir gencatan senjata tujuh hari yang diperantarai oleh Amerika Serikat dan Rusia, menuduh pemberontak melakukan 300 pelanggaran lebih dan gagal "berkomitmen pada elemen tunggal" dari kesepakatan Amerika Serikat dan Rusia.(hs)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016