Mekkah (ANTARA News) - Peningkatan jumlah kematian jamaah haji Indonesia di pemondokan pascapuncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) ditengarai karena kelelahan dan kondisi cuaca.

Data hingga Kamis dini hari menunjukkan jumlah jamaah haji yang meninggal 221 orang, dimana 14 orang meninggal pada Rabu (21/9) dan sembilan diantaranya meninggal dunia di pemondokan.

"Meninggal dunia di pemondokan menunjukkan jamaah belum sempat direfer ke rumah sakit," kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI) Arab Saudi dr Eka Jusup Singka di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.

Ia menyebut pemondokan berada dalam peringkat kedua lokasi jamaah meninggal dunia setelah rumah sakit Arab Saudi, dengan total 71 jamaah dari 221 jamaah meninggal di pemondokan.

Jumlah kematian di pemondokan yang meningkat pesat pasca-Armina, menurut dia, karena jamaah yang belum pulih lelahnya pascamenjalankan puncak haji kemudian tidak beristirahat namun justru melakukan banyak kegiatan lain, antara lain mengejar ibadah sunnah atau wisata.

"Setelah Armina, mereka selalu mengupayakan waktunya untuk selalu ibadah. Umrah berkali-kali, padahal cuaca panas sehingga menyebabkan kesehatan jamaah haji tidak bagus," katanya.

Ia menambahkan sebagian besar jamaah yang meninggal berusia di atas 60 tahun, hanya satu orang yang tercatat berusia di bawah 40 tahun.

Sebagaimana sebelum Armina, tambah dia, penyakit jantung masih menduduki peringkat pertama penyebab kematian, sekitar 70 persen. Disusul oleh gangguan pernafasan, kanker, diabetes melitus dan lain-lain.

Sejumlah penyakit bawaan tersebut, menurut dia, rentan muncul apabila dipicu oleh kelelahan, cuaca, panas, debu, dan pola hidup jamaah.

"Banyak jamaah lanjut usia yang kemudian enggan makan," katanya seraya mengatakan para petugas kesehatan bahkan turun langsung untuk menyuapi pasien yang mengalami gangguan pola makan.

Untuk menekan jumlah kematian pasca-Armina, kata dia, tim kesehatan memiliki program promotif preventif untuk memastikan jamaah mendapat asupan gizi yang bagus, makanan dan minuman terjaga, serta mengimbau jamaah agar mengurangi aktivitas fisik.

"Supaya jamaah tidak melakukan kegiatan yang tidak penting, yang tidak ada hubungan dengan kaidah ibadah, sehingga memicu heatstroke," katanya.

Ia menyebutkan gangguan asupan gizi juga termasuk dehidrasi akibat kurang cairan. Oleh karena itu ia menganjurkan jamaah untuk jangan segan minum air. "Sedikit-sedikit tapi sering," katanya.

Data hingga Rabu (21/9) jumlah jamaah yang dirawat di rumah sakit Arab Saudi mencapai 106 orang sedangkan di KKHI terdapat 97 pasien dan di sektor-sektor terdapat 20 jamaah.

Tim kesehatan melakukan pemantauan rutin kondisi jamaah yang berada di rumah sakit Arab Saudi.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016