Ekonomi Indonesia masih bagus, bisa mencapai lima persen pada akhir tahun. Tapi kita perlu berhati-hati menghadapi tantangan ekonomi global."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah akan mengupayakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran lima persen, meski kondisi perekonomian global masih sepenuhnya bergejolak.

"Ekonomi Indonesia masih bagus, bisa mencapai lima persen pada akhir tahun. Tapi kita perlu berhati-hati menghadapi tantangan ekonomi global," kata Sri Mulyani seusai menghadiri acara seminar "Tantangan Ekonomi Global" yang diselenggarakan LPS di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani mengatakan kontribusi pertumbuhan ekonomi tersebut berasal dari konsumsi rumah tangga, oleh karena itu, pemerintah terus menjaga angka inflasi rendah atau berada pada kisaran empat persen plus minus satu persen sesuai proyeksi.

"Konsumsi dijaga dengan inflasi rendah. Dengan demikian, confidence masyarakat untuk melakukan aktivitas konsumsi diharapkan terus berlanjut," katanya.

Selain itu, Sri Mulyani menambahkan pemerintah bisa berharap dari peningkatan kinerja sektor investasi swasta menjelang akhir tahun akibat masuknya dana repatriasi dari program amnesti pajak.

"Investasi kita berharap dari korporasi, meski sebagian korporasi mengalami konsolidasi karena harga komoditi melemah. Kita juga mengharapkan perbankan maupun korporasi punya minat, terutama masuknya dana repatriasi dari tax amnesty," katanya.

Kemudian, Sri Mulyani menjelaskan pemerintah juga bisa berharap dari pemulihan kinerja ekspor maupun impor setelah sektor ini tumbuh negatif dalam dua tahun terakhir karena lesunya permintaan.

"Kita lihat memang ekspor impor dalam dalam dua tahun terakhir mengalami pertumbuhan negatif, tapi sekarang kita lihat sudah mulai mendekati teritori positif. Kita berharap itu akan relatif netral sampai akhir tahun," ujarnya.

Dari segi kebijakan, Sri Mulyani mengatakan pemerintah masih akan mengandalkan instrumen fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meski masih terhambat oleh rendahnya penerimaan pajak dan terbatasnya defisit anggaran.

"Untuk fiscal policy kita melakukan ruang yang ada untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi ini juga perlu konsolidasi karena rendahnya ekspektasi penerimaan negara selama dua tahun terakhir," katanya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016