Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengundang 20 ahli ekonomi ke Istana Negara, di Jakarta, Kamis, untuk meminta pandangan mereka terkait situasi perekonomian global.

"Hari ini kembali saya mengundang bapak-ibu semuanya dalam rangka untuk bisa memberikan pandangan pada pemerintah dan negara mengenai situasi terkini, situasi terakhir yang bapak-ibu sekalian lihat dan apapun sekarang ini situasi ekonomi global," kata Jokowi.

Ia mengatakan, saat menghadiri KTT G20, di China, beberapa waktu lalu, dia bertemu dengan perwakilan IMF, Bank Dunia, dan OICD yang kesemuanya masih saja pesimistis soal pertumbuhan ekonomi dunia.

Bahkan kata dia, mereka lebih banyak memprediksikan kemungkinan penurunan ekonomi kembali terjadi.

"Ini saya kira berita yang tidak baik dan juga di dalam negeri sendiri karena sudah ekonomi global tadi harga juga komoditas masih belum membaik, kepastian kebijakan keuangan yang kalau kita lihat juga masih belum jelas arahnya mau kemana," tuturnya.

Namun, Jokowi masih optimistis bahwa ada peluang-peluang yang bisa diambil dan diraih Indonesia.

Menurut dia, meskipun ketergantungan terhadap APBN untuk menstimulasi pertumbuhan masih tinggi, tetapi ia ingin investasi lebih besar terus masuk ke Indonesia.

Jokowi juga menggarisbawahi soal amnesti pajak, di mana ia masih sangat optimistis dengan program itu.

"Saya bukan bicara angka, memang saya tidak pernah bicara angka, yang paling penting adalah kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintah kelihatan ada kemudian kepatuhan dan kesadaran membayar pajak mereka ini sekarang saya lihat ada pergerakan yang sangat baik," kata dia. 

"Dan sampai hari ini paling tidak tebusan kita sudah mencapai Rp33 triliun lebih dan sudah menyangkut lebih dari 90.000 orang yang ikut amnesti pajak," paparnya.

Bahkan dia mengutip riset Citibank yang memaparkan, amnesti pajak alias pengampunan pajak di Indonesia telah bergerak cepat dan aset deklarasi telah mencapai Rp1.029 triliun menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang sukses menerapkan pengampunan pajak.

Ke-20 ahli ekonomi yang hadir yakni Raden Pardede (bidang ekonomi makro, fiskal, dan industri), Tony Prasetiantono (ekonomi makro, fiskal, dan moneter), Djisman Simanjuntak (ekonomi perdagangan nasional), Haryo Aswicahyono (ekonomi perdagangan internasional, industri), dan Ari Kuncoro (konomi industri, ketenagakerjaan).

Selain itu, Lukita Dinarsyah Tuwo (perencanaan pembangunan), Elan Satriawan (ekonomi pembangunan, kesehatan, pendidikan), Enny Sri Hartati (ekonomi pertanian, pembangunan), Iman Sugema (ekonomi pembangunan, pertanian, dan syariah), dan Destry Damayanti (moneter dan keuangan).

Kemudian Heriyanto Irawan (analis pasar), Poltak Hotradero (analis pasar), Helmi Amran (analis pasar), Revrisond Baswir (bidang syariah, akutansi, koperasi, dan anti korupsi), dan Haryadi Sukamdani (bisnis).

Selanjutnya Rosan Roeslani (bisnis), Bahlil Lahadia (bisnis), Prasetyantoko, Kikie Boenawan (dana asing), dan Hendri Saparini (ekonomi makro).

Pewarta: Hanni Soepardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016