Beirut/New York (ANTARA News) - Suriah mengumumkan serangan baru ke wilayah Aleppo yang dikuasai pemberontak pada Kamis (22/9) sementara para diplomat di New York gagal menemukan jalan untuk menghidupkan kembali gencatan senjata yang diperantarai oleh Amerika Serikat dan Rusia yang berakhir pekan ini.

Pesawat-pesawat tempur melancarkan serangan-serangan udara terberat dalam waktu berbulan-bulan terhadap distrik-distrik yang dikuasai pemberontak di kota terbesar dan pusat ekonomi Suriah, menimbulkan pukulan baru terhadap upaya untuk mengakhiri perang sipil Suriah yang sudah berlangsung sejak 2011.

Para pejabat pemberontak dan petugas penyelamat menyatakan bom-bom pembakar ada di antara senjata-senjata yang menghujani Aleppo.

Hamza al-Khatib, direktur satu rumah sakit di daerah bagian timur yang dikuasai pemberontak, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa 45 orang tewas.

"Pesawat-pesawat itu terlihat seperti berusaha mengimbangi seluruh hari ketika mereka tidak menjatuhkan bom" selama gencatan senjata, kata Ammar al-Selmo, kepala badan penyelamatan pertahanan sipil di wilayah timur Aleppo yang dikuasai oposisi kepada Reuters.

Moskow dan Washington mengumumkan gencatan senjata pada 9 September.

Tapi kesepakatan yang mungkin merupakan upaya terobosan terakhir sebelum Barack Obama mengakhiri masa jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat pada Januari itu runtuh seperti upaya-upaya sebelumnya untuk mengakhiri perang lima setengah tahun yang telah menewaskan sekitar 300 ribu orang dan menyebabkan separuh warganya kehilangan tempat tinggal itu.

Media pemerintah Suriah mengumumkan serangan baru dan mengutip markas militer di Aleppo yang mendesak warga sipil di area bagian timur kota untuk menghindari area tempat "para teroris" berada dan menyatakan telah menyiapkan titik-titik keluar mereka yang ingin pergi, termasuk para pemberontak.

Pengumuman militer Suriah tidak menyebut apakah serangan itu juga meliputi serangan darat.

Serangan udara yang dilakukan oleh pesawat pemerintah Suriah, sekutunya Rusia, atau keduanya mengisyaratkan bahwa Moskow dan Damaskus menolak permohonan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry untuk menghentikan penerbangan sehingga bantuan bisa dikirimkan dan gencatan senjata bisa diselamatkan.

Dalam pernyataan yang disiarkan lewat televisi bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kerry mengatakan menghentikan serangan adalah kesempatan terakhir untuk menemukan satu jalan "keluar dari pembantaian."

Presiden Suriah Bashar al-Assad mengindikasikan dia tidak melihat perang akan berakhir segera, memberi tahu Associated Press bahwa itu akan "berlarut" selama itu menjadi bagian dari konflik global dimana teroris mendapat dukungan dari Arab Saudi, Qatar, Turki dan Amerika Serikat.


Pertemuan Panjang Mengecewakan

Para menteri luar negeri keluar dari pertemuan di New York dengan kegagalan menemukan jalan untuk mengembalikan gencatan senjata meski Kerry menyatakan dia ingin terus berusaha jika Rusia kembali dengan ide-ide baru.

"Saya hari ini tidak hanya kurang yakin dari kemarin tapi saya bahkan lebih frustasi," kata Kerry kepada para pewarta setelah pertemuan itu.

"Ini adalah pertemuan yang panjang, menyakitkan, sulit dan mengecewakan," kata Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Suriah Staffan de Mistura setelah pertemuan International Syria Support Group.

Namun demikian, setelah keluar dari pertemuan yang disebut "intens" itu Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menyebut Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menanggapi usul untuk tidak menerbangkan pesawat sebagai "tidak memuaskan."

Assad, dengan bantuan kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran, memperkuat cengkeramannya ke wilayah timur Aleppo yang dikuasai oposisi tahun ini, mencapai tujuan panjang untuk sepenuhnya mengurung wilayah itu musim panas ini.

Sementara itu Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan melanjutkan pengiriman bantuan ke area-area yang dikuasai pemberontak pada Kamis menyusul penangguhan 48 jam untuk meninjau kembali jaminan keamanan setelah serangan Senin pada konvoi bantuan di dekat Aleppo.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016