Mataram (ANTARA News) - Perseroan Terbatas Garuda Indonesia mempertimbangkan mengganti pesawat yang lebih besar untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang rute penerbangan dari Lombok menuju Bali dan sebaliknya.

"Kalau memang memungkinkan kami akan mengganti pesawat dari jenis ATR berpenumpang 70 orang menjadi pesawat yang bisa menampung penumpang hingga 200-an orang," kata General Manager PT Garuda Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), Dasep M Suanda, di Mataram, Sabtu.

Penggantian pesawat ukuran kecil ke lebih besar, kata dia, menjadi pilihan dibandingkan harus menambah frekuensi penerbangan yang terkendala padatnya jadwal penerbangan di kota-kota besar, seperti Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali.

"Kalau menambah penerbangan akan terkendala pada perizinan, baik penerbangan maupun pendaratan," ujarnya.

Saat ini, kata Dasep, Garuda melayani rute penerbangan Bandara Internasional Lombok menuju Bandara Ngurah Rai, sebanyak tiga kali dalam satu hari menggunakan pesawat ATR dengan kapasitas penumpang 70 orang dan pesawat tipe 737 NG dengan kapasitas 162 penumpang.

Persentase keterisian penumpang pesawat masih relatif stabil, yakni rata-rata 72 persen pada periode Januari-Agustus tahun 2016.

"Penambahan jumlah kursi penumpang masih rencana. Kami melihat dulu kondisi permintaan, kalau tinggi kami besarkan, tapi kalau tidak, kenapa harus dibesarkan," katanya.

Sementara itu, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, menginginkan agar maskapai penerbangan milik negara lebih berperan untuk membawa para wisatawan ke daerahnya dengan menjajaki rute-rute baru di dalam negeri.

Termasuk juga menambah frekuensi penerbangan dari daerah lain yang potensial, menuju NTB.

Sebab, kata dia, penerbangan dari luar negeri masih relatif minim, setelah terhentinya Jetstar yang melayani rute penerbangan Australia menuju Lombok.

"Rute penerbangan di dalam negeri, yakni Bandung-Lombok yang dilayani Citilink juga sudah terhenti. Jadi perlu dijajaki lagi rute-rute dalam negeri yang potensial," kata Amin.

Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016