Pertanyaan yang bisa muncul pada benak orang awam adalah apakah jabatan gubernur Jakarta lebih berarti daripada jabatan-jabatan di TNI sehingga Agus Harimurti  yang berpangkat mayor "mau- maunya" meninggalkan karier di lingkungan TNI-AD.

Pertanyaan lain yang muncul pada otak rakyat biasa adalah karena bapaknya adalah Susilo Bambang Yudhoyono maka mungkinkah mantan presiden itu yang "mendorong" atau "bahkan "memaksa" putra pertamanya itu untuk coba-coba menjadi pemimpin Jakarta?

Agus tentu sadar bahwa persaingan itu bakal sangat ketat karena " lawan utamanya" adalah Ahok, sang petahana. 

Bagaimana dengan cagub Agus Harimurti - Sylviana Murni?

Agus merupakan "orang baru" di dunia politik maka dia tentu harus memikirkan "1001" janji kepada rakyat Jakarta yang pada malam hari berjumlah delapan hingga sembilan juta jiwa karena pada siang hari warga jakarta adalah sekitar 11-12 juta orang.  

Agus harus bekerja keras selama enam bulan mendatang ini untuk meyakinkan rakyat Jakarta untuk mencoblos namanya.

Fraksi ABRI
Pada tahun 1971, Indonesia memiliki DPR yang anggota-anggotanya juga dari Fraksi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia alias ABRI. 

Mereka ini berasal dari semua angkatan dan berbagai jenis jenjang kepangkatan mulai dari jenderal, kolonel hingga sersan. 

Mereka mewakili perwira tinggi, perwira menengah hingga bintara seperti sang sersan itu.

Namun lama- kelamaan Fraksi ABRI dan pimpinan Markas Besar ABRI merasa ada yang "salah" dalam menempatkan sang sersan itu.  

Hal itu terjadi karena bintara itu " hanya" pernah belajar di secaba atau sekolah calon bintara sedangkan rekan-rekannya yang perwira adalah lulusan Seskoad ( Sekolah Staf dan Komando AD), Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) , Seskau  (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara) dan juga Seskopol atau Sekolah Staf dan Komando Kepolisian karena polisi masih bergabung dengan ABRI.

Tentu bisa dibayangkan begitu besar perbedaan antara sang sersan dengan para kolonel atau bahkan jenderal itu antara lain akibat umur yang bertaut jauh, jenjang pendidikan yang sangat berbeda hingga pengalaman poltik apalagi saat itu ABRI menjalankn kebijakan Dwi Fungsi yaitu fungsi pertahanan dan keamanan serta fungsi sosial poltik (sospol).

Adalah kaitan antara fraksi ABRI dengan majunya Agus?

Sekalipun Agus sudah merupakan perwira menengah dan lulus dari dua perguruan tinggi luar negeri, tetap saja ia masih tokoh muda yang bisa dibilang pengalaman politiknya"nol tahun".

Karena itu tidak heran, jika seorang tokoh Partai Demoktrat, Ruhut Sitompul merasa aneh terhadap pencalonan Agus.

"Dia (Agus) masih muda dan seharusnya maju jika sudah minimal berbintang satu ( brigadir jenderal)," kata Ruhut yang baru-baru ini diberhentikan sebagai juru bicara Partai Demokrat.

Pernyataan tidak setuju juga dilontarkan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman yang mengatakan bahwa belum saatnya Agus menjadi pimpinan Pemda DKI Jakarta.

Ada satu faktor lainnya yang seharusnya dipikirkan dan direnungkan tokoh muda ini, yaitu bagaimana reaksi teman atau rekan-rekannya terutama di TNI Angkatan Darat.

Misalnya, jika nanti Agus terpilih sebagai gubernur dan bertemu dengan seorang panglima Kodam Jaya yang berpangkat mayor jenderal atau kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Jaya yang berpangkat irjen maka siapakah yang harus memberi hormat, apakah gubernur ataukah Pangdam Jaya dan Kapolda Metro Jaya?

Selain itu juga bisa diingat, bahwa kebanyakan gubernur pada masa lalu adalah jenderal ABRI atau TNI misalnya Ali Sadikin atau Surjadi Soedirdja dan belum ada perwira menengah.

Oleh Anaz Firman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016