Surabaya (ANTARA News) - Semula tak ada yang percaya metode kejut listrik karya Hadi Apriliawan dapat mengawetkan susu segar lebih lama ketimbang metode lainnya.

"Kendala awal saat penelitian kami lakukan, banyak orang yang tidak percaya. Susu bisa diawetkan lebih lama tanpa merusak nutrisinya," kata dia kepada ANTARA News di Surabaya, Selasa (27/10).

Tak cuma itu, ratusan kali kegagalan juga merudung Hadi dan rekan-rekannya di masa-masa penelitian. Alih-alih bakteri jahat terbunuh, alat yang dia hasilkan justru memperbanyak jumlah bakteri.

"Awalnya kami gagal, melalui metode kejut jumlah bakteri justru meningkat. Akhirnya kami ubah frekuensinya. Bukan waktu yang sebentar, 2,5 tahun kami riset soal rangkaian elektrik alat," tutur dia.

Berbekal motivasi membantu keluarga yang merupakan peternak dan peternak lainnya, pemuda asal Banyuwangi itu merampungkan alat pengawet susu karyanya.

"Bangkit karena orang tua. Orang tua ingin saya berhasil membantu peternak. Itu motivasi terbesar saya. Kami usahakan pengadaan alat dan penunjang semisal, Pcp, rangkaian mekanik dan elektriknya," kata Hadi.

Setelah 2,5 tahun (2011) mencari formula terbaik, pria lulusan Universitas Brawijaya, Malang itu akhirnya menunjukkan pada dunia bahwa  ide cemerlangnya bahkan menjadi solusi membunuh bakteri jahat dalam susu segar tanpa mengurangi kandungan gizinya.

Metode kejut karya Hadi menggunakan teknologi pasteurisasi dengan mesin Latte Electricity (LE). Konsep kerja alat yakni memasukkan susu segar dalam tabung berbahan alumunium.

Setelah itu susu dipanaskan dengan suhu 50 derajat celcius dan dialirkan ke tabung lain. Proses berikutnya adalah memberikan kejut listrik pada susu. Di sini, ini ada semacam pipa-pipa besi yang dialiri listrik. Terakhir, susu dimasukkan ke tabung lain untuk didinginkan.

Belum lama ini, Hadi berkesempatan mempresentasikan teknlogi ciptaannya di Universitas Tokyo, di Jepang. Tak tanggung-tanggung salah satu investor negeri sakura itu bahkan tertarik bekerjasama dengannya.

"Waktu itu selain media, ada investor makanan dan minuman juga yang diundang. Mereka banyak tanya soal fungsi alat dan teknologi seperti apa yang digunakan. Mereka tertarik bekerjasama," tutur Hadi.

Kendati begitu, Hadi menolak mentah-mentah tawaran kerjasama dengan alasan tak ingin karyanya menjadi hak milik Jepang.

"Mereka menawarkan kerjasama membuat pabrik di Jepang. Saya enggak mau, nanti jadi made in Jepang," kata dia.

Kini, dia dan rekannya tengah mengembangkan mesin serupa untuk mengawetkan produk cairan lain semisal teh, sirup dan jus.

Sebelumnya, Hadi menjadi salah satu penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards-- ajang penghargaan bagi generasi muda inspiratif, bisa menjangkau para pemuda di seluruh provinsi di Indonesia, tahun 2015 lalu, untuk karya "susu listrik"-nya.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016