Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR, Mahyudin, meminta para pemimpin dan tokoh bangsa tidak lagi berpikir mencari uang semata. Mereka harus berpandangan sebagai negarawan bukan lagi sebagai politikus.

"Pemimpin dan tokoh bangsa agar sudah tidak lagi berpikir bagaimana mencari uang. Pemimpin dan tokoh bangsa harus berpikir bagaimana membangun bangsa dan negara," kata dia, saat Sosialisasi Empat Pilar MPR, kepada KNPI di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis, seperti dalam keterangan tertulis MPR.

Turut hadir dalam sosialisasi itu Bupati Penajam Paser Utara Yusran Aspar, anggota MPR Hetifah (Fraksi Partai Golkar), H. Mohammad Mirza (Kelompok DPD), dan Agathie Suli (Fraksi Partai Golkar).

Dalam kesempatan itu, Mahyudin juga mengungkapkan beberapa tantangan kebangsaan yang dihadapi Indonesia. Salah satunya kurangnya keteladanan sebagai pemimpin dan tokoh bangsa.

Dia mencontohkan KPK menangkap kepala daerah bahkan salah satu ketua lembaga negara.

"Pemimpin atau tokoh bangsa jangan lagi berpikir mencari uang. Akhirnya bisa melakukan tindak pidana korupsi. Pemimpin dan tokoh bangsa harus berpikir sebagai negarawan," kata dia.


"Itulah kurangnya keteladanan dan contoh dari pemimpin. Kalau menjadi pejabat publik harus mengetahui tugasnya, yaitu berpikir untuk bangsa dan negara," imbuh Mahyudin.

Tantangan lainnya, munculnya paham-paham radikalisme dan terorisme, pengabaian kepentingan daerah dan munculnya fanatisme daerah (sehingga muncul daerah yang ingin merdeka).

Lalu, kurang berkembangnya kebhinnekaan dan kamajemukan sehingga muncul pertikaian berbau sara seperti kasus pembakaran gereja di Sumatera Utara, serta tantangan lemahnya penegakan hukum.

"Selain itu, Indonesia juga menghadapi tantangan kebangsaan dari eksternal, yaitu tantangan globalisasi yang menggerus nilai-nilai luhur bangsa," ujar Mahyudin.

Menurut dia, semua tantangan kebangsaan itu, menurut Mahyudin, bisa diatasi dengan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

"Empat konsensus dasar ini menjadi perekat bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia ini tetap utuh," pungkas Mahyudin.

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016