Dua tahun lalu saya menantang FPIK IPB untuk bisa meningkatkan produktivitas budi daya ikan nila ini untuk memasok kebutuhan ikan segar bagi kantin-kantin yang ada di lingkungan kampus, dan tantangan itu terjawab."
Bogor (ANTARA News) - Sebanyak 3 ton ikan nila unggulan dipanen dari kolam percobaan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor, Kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto mengapresiasi keberhasilan FPIK untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan dua tahun silam yakni meningkatkan produktivitas budi daya ikan untuk mensuplai kebutuhan ikan segar di seluruh kantin yang ada di kampus tersebut.

"Dua tahun lalu saya menantang FPIK IPB untuk bisa meningkatkan produktivitas budi daya ikan nila ini untuk memasok kebutuhan ikan segar bagi kantin-kantin yang ada di lingkungan kampus, dan tantangan itu terjawab," kata Herry saat menyaksikan kegiatan panen.

Herry menyebutkan, keberhasilan FPIK IPB tersebut dapat dikembangkan dengan membuat model sistem budidaya ikan di tambak yang dapat diperluas pemanfaatannya hingga kemasyarakat, sehingga mendorong target pemerintah wujudkan swasembada protein di tahun 2025.

"Panen ikan ini merupakan salah satu kontribusi IPB dalam wujudkan swasembada proteni hewani 2025. IPB mampu menghadirkan jenis-jenis ikan berkualitas baik dan memberikan contoh cara budi daya dan produksi ikan yang baik kepada masyarakat," katanya.

Ia mendorong, FPIK IPB untuk hadir di tengah masyarakat untuk meningkatkan kebutuhan protein. Karena kebutuhan protein yang cukup dapat mencerdaskan anak-anak bangsa.

"Harapannya, upaya yang dikembangkan FPIK IPB ini menjadi model perikanan yang komprehensif dan integreted, dimulai dari benih, pendederan, pembesarn dan pakan, sampai pengolahan. Ini perlu dikembangkan skala besar, dan IPB siapkan benih yang bersertifikasi," katanya.

Sementara itu, Dekan FPIK IPB Prof Luky Adrianto. MS.c mengatakan, ikan nila yang yang dipanen merupakan jenis ikan unggulan yakni Ikan Nila Merah, hasil rekayasa benih menggunakan teknologi maskulinisasi yakni mengubah betina menjadi benih jantan yang lebih tahan terhadap penyakit dan cepat tumbuh.

"Keunggulannya, dalam waktu 3,5 bulan sudah bisa dipanen. Dari dua kolam yang kita panen menghasilkan 3 ton ikan nila merah," katanya.

Menurutnya, kebutuhan ikan nila di masyarakat cukup tinggi. Sebagai contoh, satu hari kebutuhan ikan nila di Bogor bisa mencapai 10 - 20 ton. Hal ini mendorong IPB untuk mengembangkan budidaya ikan nila unggul yang dapat mencukupi kebutuhan pasar.

"Ikan nila merah disukai pasar domestik, keunggulannya cepat besar dan tahan penyakit. Dalam waktu 3,5 bulan sudah bisa panen, berat maksimumnya 2 kg sama dengan tiga ekor ikan," katanya.

Ia menambahkan, FPIK IPB mengembangkan strategi Sustainable Adaptive Fisheries Production, dimana salah satunya mengembangkan produksi budidaya perairan yang lestari dan bertangggung jawab.

Menurutnya, ada tiga hal strategis terkait perikanan budidaya berkelanjutan yaitu inovasi di bidang teknologi benih ikan, vaksin dan pakan ikan, sistem dan teknologi budidaya yang efisien serta berkelanjutan.

"Dalam kerangka ini, inovasi budidaya perikanan berkualitas ditunjang Satuan Usaha Akademik yaitu Kolam Percobaan di Kampus IPB Darmaga menjadi sentra pengembangan inovasi dan teknologi budidaya perairan. Salah satu contohnya, menghasilkan benih unggul ikan ekonomis penting seperti benih ikan IPB-C1 (ikan nila merah) dan sistem budidaya inovatif maskulinisasi, agar ikan cepat tumbuh dan tahan penyakit," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016