Jakarta (ANTARA News) - Kalangan produser film menyatakan, film lokal yakni film-film mengangkat tema-tema kedaerahan serta diproduksi sineas-sineas daerah di tanah air menjadi masa depan industri film di tanah air.

Avesina Soebli dari rumah produksi Falcon dalam diskusi perfilman di Jakarta, Kamis menyatakan, tema-tema film yang bercerita seputar kota metropolitan Jakarta, sudah banyak diangkat ke layar lebar akibatnya penonton mengalami kejenuhan.

Indonesia, tambahnya, memiliki keragaman budaya lokal serta kekayaan cerita yang berkembang di daerah yang layak diangkat sebagai tema film layar lebar.

"Ke depan film-film lokal ini yang akan menjadi masa depan film Indonesia, " ujarnya dalam diskusi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Demi Film Indonesia (DFI).

Salah satu film layar lebar yang diproduksi sineas daerah dan mengangkat kehidupan lokal yakni "Uang Panai" yang ditayangkan di bioskop sejak 25 Agustus 2016 atau dalam waktu satu bulan mampu menarik penonton hingga 500 ribu orang.

Film "Uang Panai" yang artinya uang mahar tersebut menceritakan adat sosial di Makassar yang menetapkan tingginya mas kawin atau uang mahar itu diproduksi oleh sineas kota Anging Mamiri itu.

Amril Nuryan, produser Uang Panai menyatakan, pada awalnya hanya menargetkan perolehan penonton sebanyak 200 ribu orang namun tidak menyangka jika debut produksinya tersebut disaksikan hingga 500 ribu penonton.

"Saat ini di sejumlah bioskup terutama di Indonesia Timur seperti Makassar, Bau-Bau, Kalimantan, masih menayangkan film ini," katanya.

Dia mengungkapkan pada awal pemutarannya, film yang bergenre komedi serta menggunakan bahasa daerah itu hanya mendapatkan jatah pemutaran di 17 layar di seluruh Indonesia sementara di Makassar hanya lima layar.

Namun setelah sukses meraih penonton, lanjutnya, Uang Panai mendapatkan jatah pemutaran sebanyak 57 layar di seluruh Indonesia sedangakan di Makassar saat ini 7 layar.

"Ke depan kami mengharapkan film-film di daerah akan tumbuh sehingga memperkaya film nasional," katanya.

Pada kesempatan itu, Amril juga mengimbau agar tidak ada lagi dikotomi film lokal dengan film nasional, karena film-film yang diproduksi sineas daerah sejatinya juga merupakan film Indonesia.

Sementara itu sebagai apresiasi terhadap film-film daerah, ajang penghargaan terhadap film nasional Indonesia Box Office Movie Award (IBOMA) yang tahun depan memasuki tahun ke dua akan menambahkan kategori.

"Tahun depan kami akan memasukkan kategori Film Lokal Terlaris dalam ajang IBOMA. Ini agar sineas-sineas lokal bergairan membuat film nasional dengan unsur-unsur kedaerahan," kata Harsiwi Achmad, Board of Directors SCTV selaku penyelanggara IBOMA.

Pewarta: Subagyo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016