Depok (ANTARA News) - Pesantren memiliki peran strategis sebagai tulang punggung pembangunan bangsa karena di lembaga pendidikan ini diajarkan ilmu agama dan nasional secara komprehensif, termasuk dalam menanggulangi paham radikal.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius saat berbicara dalam acara Halaqoh Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan dengan tema “Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara” di Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Depok, Jawa Barat, Kamis.

"Pesantren memiliki peran yang sangat strategis dalam menanggulangi paham radikal yang mengancam masyarakat, termasuk generasi muda yang belajar baik di tingkat sekolah maupun universitas. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kita semua, karena bagaimanapun anak-anak bangsa adalah tanggung  jawab kita bersama," kata Suhardi Alius.

Suhardi, yang pernah menjadi Kapolres Metro Jakarta Selatan dan Kapolres Depok ini mengakui bahwa propaganda yang dilancarkan kelompok radikal sudah sangat masif dan terjadi di berbagai aspek. Oleh karenanya, upaya penanggulangan radikalisme dan terorisme perlu dilakukan secara cepat dan tepat.

"Untuk itu pendidikan yang benar tentang agama dan kebangsaan sebagai kunci utama dalam menghindarkan masyarakat dari propaganda kekerasan yang mengatasnamakan agama," katanya seperti disebut dalam siaran pers BNPT.

Kepala BNPT juga meminta kepada para ulama yang hadir untuk tidak pernah lelah mendidik para santri dan masyarakat dengan semangat persatuan dan kesatuan. Hal itu penting karena sekarang ini paham radikal begitu gencar menggerogoti rasa cinta Tanah Air masyarakat.

"Jika fenomena ini tidak segera ditangani, maka nasib bangsa kita kedepan akan sama dengan negara-negara yang sedang berkecamuk di Timur Tengah. Jangan sampai hal tersebut terjadi di negara yang kita cintai ini,” Suhardi Alius menambahkan.

Sementara Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Hasyim Muzadi, yang juga hadir sebagai pembicara, mengimbau kepada BNPT agar badan yang menangani terorisme ini tidak lepas dari ulama dalam upayanya menanggulangi terorisme, teruma dalam hal pemberian referensi terkait tema-tema agama.

"Karena para ulama selama ini juga serius dalam menjaga bangsa ini dari berbagai ancaman, termasuk masalah radikalisme dan terorisme ini,” ujar Hasim Muzadi yang juga pengaruh Pondok Pesantren Al Hikam.

Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) ini menuturkan bahwa pihaknya akan membentuk tim yang terdiri dari sejumlah ulama untuk tampil di berbagai tempat untuk menjaga kepentingan agama dan negara.

“Misi utamanya adalah mengisi negara dengan agama, bukan menghadapkan agama dengan negara,” ujarnya.

Untuk itu Hasyim juga mengajak para ulama untuk tidak pernah berhenti belajar, utamanya terkait dengan keilmuan non agama. “Ulama harus memiliki kemampuan ilmiah yang tinggi disamping pengetahuan agama yang mumpuni, ini dimaksudkan agar para ulama dapat memahami isu-isu kontemporer dan kaitannya dengan kajian keagamaan."

Halaqah Nasional yang dihadiri sejumlah pengasuh ponpes dari berbagi daerah ini membahas formulasi Aswaja yang disesuaikan dengan kebutuhan negara saat ini, mengingat akhir-akhir ini mulai ada banyak ulama yang tidak lagi bersinergi dengan ulama lain dalam upaya menjaga keutuhan nasional.

Hasyim menjelaskan bahwa visi dan misi Aswaja yang dikembangkan oleh ormas Islam Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah disesuaikan dengan kultur bangsa dalam rangka mempertahankan kesatuan dan kedaulatan Republik Indonesia.

Pewarta: Suryanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016