Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan tingkat inflasi nasional pada akhir tahun bisa di bawah asumsi empat persen, karena inflasi tahun kalender Januari-September 2016 baru mencapai 1,97 persen.

"Secara umum target hampir tercapai, bahkan bisa di bawah itu," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Senin.

Sasmito mengatakan laju inflasi bisa dibawah target yang ditetapkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia, asalkan pencapaian tingkat inflasi pada tiga bulan terakhir tidak melebihi angka satu persen.

Namun, ia mengingatkan kemungkinan adanya tingkat inflasi tinggi pada periode Desember 2016, karena peningkatan permintaan akibat perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Saya kira (inflasi tinggi) pada Desember, faktor utamanya adalah transportasi, kemudian bahan makanan. Cuaca bisa berpengaruh ke bahan makanan, karena Desember masih paceklik, dan harga menjadi mahal," katanya.

Kemudian, faktor pendorong inflasi lainnya seperti kenaikan tarif listrik maupun harga BBM juga harus menjadi pertimbangan pemerintah untuk menjaga inflasi karena bisa memberikan sumbangan pada inflasi dalam periode Oktober hingga Desember.

"Masih ada faktor-faktor lain seperti listrik dan BBM. Itu masih belum clear dampaknya, karena tergantung apa yang dilakukan pemerintah," ujar Sasmito.

BPS mencatat pada September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22 persen, sehingga inflasi tahun kalender Januari-September 2016 mencapai 1,97 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (yoy) 3,07 persen.

Meski harga bahan makanan relatif terkendali, namun harga bahan no- makanan pada September mengalami kenaikan seperti tarif pulsa ponsel, tarif sewa rumah, biaya perguruan tinggi dan akademi, rokok kretek filter dan tarif listrik.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016