Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menganggap laju inflasi bulanan DKI Jakarta sebesar 0,18 persen pada September 2016 masih dalam tingkatan rendah, meskipun menunjukkan kenaikan dibanding inflasi bulanan Agustus 2016 yang sebesar 0,01 persen.

Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta Doni P. Joewono dalam keterangannya di Jakarta, Senin, mengatakan inflasi September 0,18 persen (month to month/mtm) masih sejalan dengan tren historis Sepetmber dalam lima tahun terakhir.

"September ini inflasi tercatat sebesar 0,18 persen (mtm), lebih rendah dari pencapaian inflasi nasional sebesar 0,22 persen," kata Doni.

BI melihat bahwa kenaikan inflasi Jakarta pada September 2016 lebih banyak disumbang oleh tekanan dari kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices), seperti tarif listrik.

Sedangkan kelompok bahan pangan yang harganya kerap bergejolak (volatile food) pada September 2016 tercatat mengalami deflasi. Bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,27 persen (mtm).

"Terjadi koreksi harga pada beberapa komoditas pangan dan harga emas perhiasan, di tengah meningkatnya tekanan inflasi akibat kenaikan tarif listrik dan produk kesehatan," kata Doni.

Dari "administered prices", dia menjelaskan tekanan inflasi datang dari meningkatnya indeks harga komoditas tarif listrik sebesar 0,75 persen. Inflasi untuk tarif listrik itu disbebakan kenaikan tarif 12 golongan listrik nonsubsidi.

Namun, menurutnya, laju inflasi dari kenaikan harga listrik itu terkompensasi oleh deflasi pada komoditas angkutan. Pergerakan harga moda angkutan udara deflasi sebesar 4,15 persen.

"Perayaan Hari Raya Idul Adha yang dimanfaatkan untuk berlibur, tidak berdampak pada gejolak inflasi yang tinggi pada komoditas transportasi," ujarnya.

Sedangkan dari "volatile food", komoditas daging ayam ras mengalami deflasi 2,77 persen, daging ayam kampung mengalami deflasi sebesar 1,84 persen. Pasokan ayam ras yang semula berkurang akibat kebijakan pemusnahan "grandparent stock", mulai berangsur normal. Hal itu juga, kata Doni, karena menurunnya harga pakan ternak.

"Adapun harga beras masih relatif terkendali, seiring dengan terjaganya pasokan melalui manajemen stok yang baik, sehingga mampu menekan gejolak harga yang berlebih di tengah musim tanam pada beberapa sentra produksi beras," ujarnya.

Doni menuturkan inflasi inti (core inflation) DKI Jakarta sepanjang September 2016 juga masih terkendali. Hal itu disebabkan deflasi emas perhiasan sebesar 0,73 persen.

Deflasi pada emas perhiasan itu mampu menahan tekanan harga komoditas lainnya dalam kelompok inflasi inti, seperti kenaikan indeks harga pada komoditas sewa rumah sebesar 1,58 persen dan kontrak rumah sebesar 0,18 persen.

Dengan inflasi bulanan 0,18 persen, BI mencatat inflasi tahun berjalan sebesar 1,60 persen (year to date) jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun sebelumnya sebesar 4,03 persen (ytd). Doni juga menambahkan inflasi tahun berjalan itu juga lebih rendah dari inflasi tahun berjalan nasional yang mencapai 1,97 persen.

"Memerhatikan pola pergerakan harga-harga di pasar, tekanan inflasi pada bulan Oktober hingga akhir tahun 2016 diprakirakan akan tetap terkendali dan cenderung berada pada level bawah dari target inflasi," kata Doni.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016