London (ANTARA News) - Ketua Jurusan Musikologi Universitas La Sapienza, Roma, Prof. Giovanni Giurati bekerja sama dengan KBRI Roma mengundang Tim Rumah Angklung dari Jakarta untuk lokakarya instrumen musik itu kepada mahasiswa pada hari pertama perkuliahan semester tahun ini.

"Sekitar 40 mahasiswa jurusan musikologi di Universitas La Sapienza, Roma dan beberapa profesor musik dengan antusias mengikuti penjelasan mengenai alat musik yang berasal dari Jawa Barat," demikian Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Roma Charles Ferdinand Hutapea kepada Antara London, Selasa.

Para mahasiswa mendengarkan dengan saksama dan mencatat secara baik pesan dari Prof. Giovanni, seorang ahli musikologi tradisional, mengenai angklung yang menjadi elemen penting dalam dialog antabudaya.

Seorang alumni jurusan musikologi, Daniele Salvatore, memaparkan hasil penelitiannya mengenai angklung saat ia mengambil gelar master di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Kepada mahasiswa dari universitas dengan jumlah mahasiswa terbesar di Eropa dan salah satu yang tertua, didirikan pada 1303, Danielle menjelaskan mengenai sejarah, karakteristik, dan kekhasan alat musik tradisional dari Jawa Barat itu.

Tim Rumah Angklung kemudian memandu mahasiswa untuk belajar bermain angklung dalam sesi angklung interaktif.

Putri, sang instruktur, mengajarkan mulai dari cara membunyikan, kemudian memainkan nada do, re, mi sehingga mahasiswa berhasil memainkan lagu Italia "O Sole Mio" dan "We Are The World".

Putri menjelaskan instrumen angklung memiliki filosofi sebagai simbol kerja sama dan harmoni yang semuanya berasal dari alam.

Sekalipun angklung merupakan instrumen tradisional, pemuda yang kreatif dari Rumah Angklung juga menggunakan bantuan "sequencer" dan pemrogram musik untuk memperkaya warna dalam tampilan.

Mulanya para mahasiswa masih belum terbiasa memainkan instrumen ini.

Namun, kemudian "Bellisimo!", ucap para mahasiswa dan para profesor musik itu sambil bertepuk tangan setelah mereka berhasil memainkan lagu bersama-sama.

Counselor Pensosbud KBRI Roma Charles Hutapea menjelaskan kepada mahasiswa La Sapienza bahwa Grup Rumah Angklung (Casa dAngklung) adalah komunitas pemuda pecinta angklung di Jakarta.

Kekuatan dari berkembangnya berbagai komunitas itu pula yang kemudian membuat angklung berhasil dicatatkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia pada 2010.

Partisipasi Rumah Angklung Indonesia adalah hasil kerja sama KBRI Roma dan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, serta bagian dari Pekan Budaya Indonesia di Italia (Settimane della Cultura Indonesiana in Italia), yang dikelola secara terpadu KBRI Roma bekerja sama dengan berbagai pihak dan dilaksanakan di sejumlah kota di Italia.

Angklung, katanya, tidak hanya menjadi instrumen untuk menghibur hati dan rasa, akan tetapi juga menjadi salah satu elemen penting dalam diplomasi budaya Indonesia, yang mengedepankan pesan perdamaian, kerja sama, dan harmoni.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016