Brussels, Belgia (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry pada Selasa (4/10) menegaskan bahwa Washington masih mengupayakan perdamaian di Suriah, namun menyatakan menghentikan perundingan gencatan senjata dengan Rusia karena "marah" atas dukungan Moskow untuk rezim negara itu.

Kerry menuduh Moskow "menutup mata" dengan penggunaan senjata -senjata seperti gas klorin oleh pasukan Presiden Bashar al Assad terhadap pemberontak dan warga sipil di Suriah.

"Saya benar-benar ingin menjelaskan kepada semua orang, kami tidak menyerah membela rakyat Suriah, kami tidak akan meninggalkan upaya mencapai perdamaian," kata Kerry dalam pidatonya di ibu kota Belgia, Brussels.

"Kami tidak akan meninggalkan medan, kami akan terus berusaha menemukan cara untuk mengakhiri perang ini, termasuk melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa atau kelompok-kelompok negara yang lebih kecil."

AS pada Senin menyatakan menangguhkan perundingan dua-arah dengan Moskow dalam upaya mengembalikan gencatan senjata di Suriah saat pasukan rezim yang didukung Moskow terus melancarkan serangan di beberapa daerah Aleppo yang dikuasai pemberontak.

"Percayalah, kami tidak menganggap enteng" keputusan untuk menghentikan perundingan dengan Rusia, kata Kerry sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Dia melancarkan serangan terhadap Moskow atas "keputusan tidak bertanggung jawab dan sangat keliru" untuk mendukung Assad.

"Orang yang serius mengupayakan perdamaian berperilaku berbeda dari cara yang dipilih Rusia untuk berperilaku," katanya.

Namun ia menambahkan bahwa Amerika Serikat dan Rusia tidak menangguhkan komunikasi penyelesaian konflik di antara militer mereka dalam memerangi ISIS.

Rusia tidak segera bereaksi terhadap pernyataan Kerry.

Namun Moskow menyalahkan Amerika Serikat atas runtuhnya kesepakatan, menyebut Washington tidak pernah bisa memisahkan pemberontak di darat dengan kelompok ekstremis Fateh al-Sham Front, bekas afiliasi Al-Qaeda di Suriah. (kn)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016