Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antar bank di Jakarta melemah 19 poin menjadi Rp12.984 per dolar AS pada Rabu pagi.

"Dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah menyusul komentar hawkish dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (The Fed)," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Pejabat The Federal Reserve Amerika Serikat, ia melanjutkan, menyatakan adanya kemungkinan kuat untuk menaikkan suku bunga guna menjaga inflasi terkendali.

Selain itu, ia menjelaskan, data ekonomi Amerika Serikat yang awal pekan ini terbilang positif menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan dolar AS dan situasi itu mendorong optimisme bahwa kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu akan menaikkan suku bunga acuannya.

Data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan adanya ekspansi sektor manufaktur Amerika Serikat selama September.

Survei ISM mengenai aktivitas manufaktur menunjukkan angka 51,5, lebih tinggi dari yang diperkirakan 50,3 dan lebih tinggi dari data survei Agustus yang sebesar 49,4.

Sementara analis pasar uang Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan pelemahan rupiah relatif masih terbatas di tengah sentimen dari dalam negeri masih yang cukup positif untuk menjaga rupiah.

"Salah satu program yang sedang dijalankan pemerintah, yakni amnesti pajak, masih akan menjaga mata uang domestik. Karena program itu dipercaya dapat menjaga harapan perekonomian domestik untuk terus tumbuh," katanya.

Ia mengatakan pemasukan dari program amnesti pajak akan mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih baik yang akhirnya dapat menjaga pertumbuhan ekonomi.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016