Phnom Penh (ANTARA News) - Oposisi Kamboja Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) melanjutkan kembali boikot parlemen selama berbulan-bulan, meski sudah berjanji untuk kembali ke parlemen setelah anggota partai mengaku menerima ancaman dari partai berkuasa.

CNRP mengatakan pekan ini, akan mengakhiri boikot yang dipicu oleh dakwaan rekayasa terhadap para pemimpinnya, dan kembali ke Majelis Nasional, lapor Reuters.

Namun para legislator CNRP mengatakan mereka menerima ancaman dari anggota partai berkuasa Perdana Menteri Hun Sen, atas protes yang direncanakan di Australia terkait kunjungan anak lelaki Hun Sen, Hun Manet, oleh anggota masyarakat Kamboja di negara itu.

"Ada pertanda positif bahwa anggota parlemen dari CNRP akan bisa hadir di parlemen hari ini, namun tidak," kata legislator CNRP, Yim Sovann kepada wartawan.

Yim Sovann mengatakan ancaman itu dilakukan terhadap para pejabat partai. Ia tidak menjelaskan ancaman atau siapa yang diduga melakukannya.

CNRP mengatakan tidak terlibat dalam unjuk rasa di Australia. Legislator dari partai berkuasa Sok Eysan membantah adanya ancaman.

Ketegangan antara Partai Rakyat Kamboja yang berkuasa dan CNRP meningkat dalam beberapa bulan terakhir, setelah pihak oposisi mengadukan langkah membungkam pengkritik, untuk mengintimidasi sebelum pemilihan umum pada 2018.

Pucuk pimpinan CNRP berada dalam pelarian untuk menghindari penangkapan atas kasus yang menurut dia diungkit demi alasan politik, sementara pemimpin sementara Kem Sokha, tinggal di markas partai sejak 6 Mei untuk menghindari dakwaan terpisah yang dibuat-buat.

Pihak berwajib tidak menahan Kem Sokha, Rabu, ketika ia muncul dari persembunyian selama berbulan-bulan di markas partai, dan menurut pihak oposisi menjadi pertanda bahwa ketegangan sudah menurun.

Hun Sen mengatakan dalam akun Facebooknya, Jumat bahwa sesi parlemen pada Jumat tetap berlangsung meskipun oposisi memboikot.
(Uu.S022/A032)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016