Sangat kelihatan kita memang ketinggalan sekali, karena negara-negara yang tidak memiliki komoditas sudah terlebih dahulu melakukan deregulasi dan modernisasi,"
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengakui daya saing Indonesia masih tertinggal dengan negara berkembang lain sehingga membutuhkan pembenahan agar kembali kompetitif dan memiliki nilai tambah.

"Sangat kelihatan kita memang ketinggalan sekali, karena negara-negara yang tidak memiliki komoditas sudah terlebih dahulu melakukan deregulasi dan modernisasi," kata Thomas saat ditemui di Jakarta, Selasa.

Menurut Thomas, daya saing Indonesia masih tertinggal karena terlambat melakukan pembenahan struktural dan baru saja melakukan deregulasi peraturan yang bertujuan untuk memperbaiki iklim berusaha dan meningkatkan kinerja perekonomian.

"Kebijakan itu dampaknya butuh waktu, atau istilahnya policy works at lag. Mungkin deregulasi yang dilakukan baru berdampak pada posisi daya saing pada tahun depan atau tahun berikutnya lagi," kata mantan Menteri Perdagangan ini.

Untuk itu, sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing dalam beberapa tahun ke depan, Thomas mengingatkan pentingnya melakukan deregulasi secara konsisten serta membuat kemitraan ekonomi dengan Eropa maupun AS, agar ekonomi Indonesia kembali kompetitif.

Saat ini, menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia sudah dalam keadaan baik, terutama setelah adanya penerbitan paket kebijakan ekonomi jilid I-XIII. Momentum ini, tambah Thomas, harus dimanfaatkan agar peringkat daya saing Indonesia kembali meningkat.

"Jangan sampai kita gagal untuk mengkapitalisasi momentum positif ini dari suksesnya tax amnesty, suksesnya reshuffle, suksesnya program deregulasi dan sudah dimulainya negosiasi perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dengan Australia. Jadi jangan sampai kita kehilangan momentum atau gagal sepenuhnya memanfaatkan momentum yang sudah diciptakan," katanya.

Sebelumnya, Forum Ekonomi Dunia (WEF) merilis laporan Indeks Daya Saing Global (GCI) 2016-2017 yang menurunkan peringkat Indonesia ke 41 dari sebelumnya 37, atau turun empat peringkat dari laporan CGI periode 2015-2016.

Pemeringkatan GCI tersebut dilakukan berdasarkan 12 pilar dan peringkat daya saing Indonesia menurun karena kontribusi dari pilar kesehatan dan pendidikan serta efisiensi pasar ketenagakerjaan masih rendah.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016