Jakarta (ANTARA News) - Para pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berupaya membawa produk-produk dalam negeri untuk bisa menembus dan merambah pasar non-tradisional dikarenakan memiliki potensi yang sangat besar.

"Pasar tujuan ekspor baru (non-tradisional) memang dari segi nilai masih rendah, namun akan kami gali karena banyak produk kita yang sangat potensial dan menarik bagi mereka," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani, dalam jumpa pers Trade Expo Indonesia (TEI) 2016, di Jakarta, Rabu.

Rosan mengatakan, beberapa produk buatan dalam negeri yang sudah masuk ke pasar non-tradisional mendapatkan respon yang cukup baik, meskipun kondisi perekonomian dunia masih belum cukup baik. Dengan kondisi tersebut, memang diperlukan sebuah inovasi yang baik untuk mendorong kinerja ekspor.

"Kita juga sudah mulai menggiatkan untuk ekspor produk halal ke Timur Tengah, responnya sangat positif. Kita harus optimis, meski keadaan sedang melambat," ujar Rosan.

Rosan menambahkan, pihaknya memberikan masukan kepada pemerintah untuk bisa meningkatkan kinerja ekspor hingga 500 persen dalam kurun waktu 15 hingga 20 tahun mendatang.

"Bukan soal angka atau besaran peningkatan ekspornya, tapi kami mencoba untuk mendorong dan tetap optimistis dalam pasar yang memang mengalami perlambatan ini," kata Rosan.

Trade Expo Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan ekspor dengan mengundang para pembeli potensial baik yang berasal dari negara-negara tradisional maupun non-tradisional. Tercatat, lebih dari 15.000 pembeli potensial hadir dalam pameran tersebut.

Pada tahun ini, TEI mengusung tema "Indonesia: Source of Natural and Creative Products" dan menampilkan berbagai produk unggulan hasil kreativitas dan inovasi desain, yang diharapkan mampu mendorong terjadinya diversifikasi pasar ekspor.

Pembeli potensial pada pameran yang ditargetkan mampu meraup total transaksi senilai satu miliar dolar Amerika Serikat (AS) antara lain adalah berasal dari Nigeria, Malaysia, India, Arab Saudi, Thailand, Uni Emirat Arab, Australia, Papua Nugini dan Bangladesh.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016