Paris (ANTARA News) - Tim pengacara satu anggota kelompok penyerang, yang menewaskan 130 orang di Paris, pada Rabu menyatakan mengundurkan diri dari pembelaan.

Tim mengatakan klien mereka masih menolak untuk bersaksi karena kondisi yang ia hadapi di dalam penjara.

Salah Abdeslam, satu-satunya penyerang yang selamat, ditahan di sel isolasi di dekat Paris sejak ia ditangkap tahun ini.

Abdeslam tidak mau bicara dan sudah tidak lagi mau didampingi kuasa hukum, kata pengacaranya, Frank Berton dan Sven Mary, dalam siaran televisi BFM, Rabu waktu setempat.

"Kami yakin, dan dia mengatakan pada kami bahwa dia tidak akan bicara dan akan menggunakan haknya untuk tetap diam. Apa yang dapat kami lakukan. Saya telah mengatakan sedari awal, jika klien kami tetap diam, saya akan menarik diri untuk membelanya," kata Berton.

Berton mengatakan Abdeslam selama ini menolak bersuara karena kondisi pengawasan 24 jam sehari oleh kamera dalam selnya yang dijaga ketat. Tim pengacara telah berulang kali berupaya memperbaiki kondisi tersebut, namun gagal.

"Kami telah melihat dia semakin menghindar. Diawasi sepanjang waktu dan dengan kamera inframerah pada malam hari, membuat seseorang menjadi gila, itu adalah konsekuensi keputusan politis (untuk menempatkan Abdeslam dalam pengawasan terus-menerus)," kata dia.

Pengacara Abdeslam asal Belgia Sven Mary mengatakan penahanan isolasi menyebabkan yang bersangkutan bungkam.

"Korban sesungguhnya dari semua ini adalah para korban serangan Paris itu sendiri. Mereka memiliki hak untuk tahu," kata pria itu.

Otoritas Perancis menduga Abdeslam, yang melarikan diri namun

ditangkap kemudian, memainkan peran dalam organisasi dalam serangkaian serangan senapan mesin dan bom bunuh diri di tempat konser musik, bar-bar di Paris serta stadion sepak bola di pinggiran kota.

Abdeslam dikabarkan telah secara terburu-buru keluar dari Perancis dengan mobil dan menuju Belgia, negara tempatnya tinggal, beberapa jam setelah serangan terjadi. Dia ditangkap di Belgia dan dibawa ke Perancis awal tahun ini, demikian Reuters.

(R030)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016