Dia seperti gurita. Tangannya ke mana-mana
Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald J. Trump, terlihat lebih berempati saat debat calon presiden yang kedua ketika dia mengaku memang benar telah membual diri memaksa mencium perempuan dan menggerayangi organ intim kaum hawa, namun dia menyatakan itu hanya obrolan di mulut, tidak sungguh-sungguh terjadi.

Sementara itu, menghadap televisi menyaksikan debat calon presiden yang kedua antara Trump melawan Hillary Clinton di apartemennya di Manhattan, New York, seorang wanita berusia 74 tahun bernama Jessica Leeds, hampir copot jantungnya mendengar pengakuan Trump dalam debat yang disiarkan langsung televisi itu.

"Rasanya ingin lempar saja itu televisi," kata Leeds, dalam wawancara dengan New York Times di apartemennya itu.

Tiga dekade lalu dia mesti terbang untuk satu perjalanan bisnis ke New York bagi perusahaan kertas yang menjadi tempat dia bekerja. Saat itu Leeds masih berusia 38 tahun dan tinggal di Connecticut.

Dia duduk di kursi kelas ekonomi, namun seorang pramugari mengundangnya untuk menempati kursi kosong di kabin kelas eksekutif. Kursi itu berada di samping Trump yang kala itu belum memiliki pesawat pribadi.

Trump kemudian memperkenalkan diri dan menjabat tangan Leeds. Setelah itu mereka berdua asyik mengobrol. Trump bertanya apakah Leeds sudah menikah. Wanita ini menjawab bahwa dia sudah bercerai.

Lalu, setelah sajian makan malam dalam pesawat selesai, atau sekitar 45 menit setelah pesawat yang membawa mereka ke New York itu tinggal landas, Trump mengangkat sandaran kursi dan mulai menggerayangi Leeds. Menjamah payudaranya dan berusaha meletakkan tangannya di atas rok yang dikenakan Leeds.

"Dia seperti gurita. Tangannya ke mana-mana," kenang Leeds kepada New York Times.

Leeds seketika minggat dari kabin kelas eksekutif untuk kembali duduk di kabin kelas ekonomi.

Saat itu dia tidak mengadukan kelakuan tidak senonoh Trump kepada awak pesawat karena cara para pria memperlakukan wanita pada kehidupan bisnis pada masa dia selama era 1970-an dan 1980-an, memang umum begitu. "Kami (perempuan) menerimanya selama bertahun-tahun. Kami menganggap itu kesalahan kami," kata Leeds.

Leeds mengaku, dua tahun setelah kejadian di pesawat itu, dia bertemu Trump dalam sebuah acara amal di New York. Trump rupanya masih mengingat Leeds dan kemudian melontarkan hinaan kasar kepada wanita ini dalam pidato pada acara amal itu.

Tapi Leeds melupakan semua kejadian itu, hanya untuk dirinya, sampai tahun lalu ketika kampanye kepresidenan Donald Trump menjadi lebih serius.

Sejak itu dia tak bisa lagi menyimpan lebih lama pengalaman buruk tiga puluh tahun lalu itu. Dia pun menceritakan pengalaman buruknya itu kepada puteranya, keponakan, dan dua sahabatnya. Keempat orang ini juga dihubungi New York Times.

Kepada The Times, keempat orang ini mengaku jijik mengetahui apa yang telah dilakukan Trump kepada Leeds. "Saya terguncang," kata Linda Ross, tetangga yang juga sahabat Leeds.

Seperti sahabat-sahabat Leeds yang lain, Ross mendorong Leeds untuk membeberkan pengalaman buruknya itu kepada media massa. Leeds awalnya menolak sampai kemudian Ross dan Leeds menonton bersama debat calon presiden yang kedua Minggu itu di mana Trump membantah telah menyerang secara seksual wanita, setelah ditanya moderator debat Anderson Cooper dari CNN.

Mengetahui jawaban Trump atas pertanyaan Cooper itu, Ross memandang Leeds dengan muka tak percaya. "Sekarang kita tahu dia terang-terangan berbohong," kata Ross.

Setelah debat itu, Leeds mengirimkan email kepada The Times untuk membeberkan pengalaman buruknya tiga dekade lalu itu. "Prilakunya sangat menunjukkan karakternya," tulis Leeds. "Bagi mereka yang akan memilih dia. Saya berharap mereka mau bercermin dari pengalaman saya ini."

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016