Produsen kopi kita itu 90 persen petani. Jadi, usaha perkebunan kopi hampir tidak ada."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementarn) berupaya meningkatkan produktivitas petani kopi nasional, yang saat ini baru menghasilkan 700 kilogram bijih kopi per hektare per tahun, kata Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar di Direktorat Jenderal, Kementan, Dwi Praptomo.

"Kami targetkan provitas kopi mencapai 1,2 ton kilogram per hektare per tahun dalam waktu 10 tahun secara bertahap," ujarnya di Jakarta, Sabtu.

Dwi menyampaikan hal tersebut saat pertemuan pengusaha kopi bersama Direktur Eksekutif Organisasi Kopi Internasional atau International Coffee Organization (ICO) Roberio Silva pada pameran dagang Trade Expo Indonesia 2016 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.

Menurut Dwi, produksi kopi yang dihasilkan para petani Indonesia saat ini masih lebih rendah dari Vietnam, yang mampu menghasilkan 1,2 ton kilogram kopi per hektare per tahun.

"Produsen kopi kita itu 90 persen petani. Jadi, usaha perkebunan kopi hampir tidak ada. Ini yang menyebabkan produktivitas kita rendah," ungkapnya.

Untuk itu, Kementan berupaya meningkatkan produktivitas dengan melakukan intensifikasi, rehabilitasi tanaman rusak, serta peremajaan perkebunan kopi yang sudah tua dan tidak produktif.

Hal yang tidak kalah penting untuk dilakukan, menurut dia, adalah peningkatan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) untuk para petani.

Pada saat bersamaan, Kementan juga berupaya meningkatkan mutu untuk produksi kopi speciality arabika, karena tren penikmat kopi arabika yang semakin banyak.

"Kopi arabika kita saat ini baru 26 persen, masih sedikit. Sementara robusta 74 persen, karena pasar kopi arabika ini sangat bagus, maka kita ingin tingkatkan prosentasenya," ujarnya.

Dengan demikian, ia mengemukakan, pihaknya berharap produktivitas petani dalam menghasilkan kopi dapat meningkat dan mencapai target, dengan kualitas kopi yang sesuai dengan keinginan pasar di dalam maupun luar negeri.

"Kami berharap kopi kita bisa semakin dicintai di dalam negeri dan di pasar internasional," demikian Dwi Praptomo.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016