Jakarta (ANTARA  News) - Transaksi pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2016 yang mencapai 974,76 juta dolar Amerika Serikat dinilai sebagai titik balik dalam upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional sepanjang 2016 yang tercatat masih mengalami penurunan 10,61 persen dibanding tahun sebelumnya.

"Tercatat, transaksi yang terjadi sebesar 974,76 juta dolar AS, atau setara dengan Rp12,7 triliun. TEI diminta oleh Presiden Joko Widodo sebagai titik balik ekspor nasional, hal tersebut telah berhasil dicapai karena transaksi yang ada lebih tinggi 7,2 persen dibandingkan dengan 2015," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, saat memberikan sambutan pada acara penutupan TEI 2016 di Jakarta, Minggu.

Menurutnya, diharapkan kinerja ekspor bisa berada pada kondisi stabil tidak mengalami penurunan namun bisa naik ditengah kondisi perekonomian dunia yang belum membaik.

"Presiden memberikan perintah kepada kami untuk benar-benar menjaga neraca perdagangan, dan apakah TEI bisa dijadikan sebagai titik balik dari ekspor nasional. Artinya, tidak terjadi penurunan, dan bahkan jika mampu terjadi kenaikan," kata Enggartiasto.

Enggartiasto yang kerap disapa Enggar tersebut mengatakan bahwa untuk target ekspor 2017 diharapkan mampu lebih baik jika dibandingkan dengan saat ini. Namun, dirinya masih enggan untuk menyatakan berapa besar target peningkatan ekspor yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan.

"Target ekspor 2017 harus lebih tinggi, setiap tahun harus lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Nanti akan kita lihat dari pertumbuhan ekonomi dunia, seberapa jauh mereka pulih atau paling tidak ekspor kita tidak boleh lebih rendah dari tahun sebelumnya," kata Enggar.

Enggar meyakini bahwa kondisi stabil maupun sedikit kenaikan untuk kinerja ekspor Indonesia tersebut bisa tercapai dengan adanya pasar-pasar baru tujuan ekspor yang sudah mulai dibuka diluar negara-negara tradisional selama ini. Selain itu juga mendorong usaha kecil menengah (UKM) tujuan ekspor untuk memberikan nilai tambah.

Menurutnya, produk-produk UKM merupakan produk yang memiliki nilai tambah dan mampu membuat kinerja ekspor nasional tidak hanya fokus pada produk primer seperti crude palm oil (CPO). Kementerian Perdagangan tengah mengembangkan upaya pemberian nilai tambah untuk produk UKM melalui Indonesia Design Development Center (IDDC) dengan program Designers Dispatch Service (DDS).

"Kita memiliki IDDC, yang merupakan kolaborasi antara desainer dengan pelaku usaha UKM. Produk yang dihadirkan dengan ciri khas kita, akan memiliki nilai tambah yang cukup besar. Pada 2017, IDDC akan mendapatkan perhatian khusus, Presiden memerintahkan kepada saya untuk memberikan anggaran yang cukup," kata Enggar.

Pada TEI 2016, transaksi yang dihasilkan mencapai 974,76 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp12,7 triliun, dan diperkirakan masih akan terus bertambah. Para pembeli potensial tidak hanya berasal dari negara tujuan ekspor tradisional, akan tetapi juga negara-negara non-tradisional seperti Afrika, Timur Tengah dan Asia Tengah.

Dari total nilai tersebut, transaksi barang masih mendominasi sebanyak 826,52 juta dolar AS, sektor jasa senilai 48,23 juta dolar AS dan investasi Indonesia ke negara lain sebesar 100 juta dolar AS. Dari total pembeli potensial sebanyak 15.567 orang dari 125 negara, sebanyak 110 negara melakukan transaksi langung dengan pelaku usaha dalam negeri.

Sementara untuk kinerja ekspor, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2016 mencapai 12,63 miliar dolar AS atau menurun 0,74 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Untuk ekspor non-migas Agustus 2016 mencapai 11,50 miliar dolar AS atau naik 2,76 persen.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2016 mencapai 91,73 miliar dolar AS atau menurun 10,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2015, demikian juga ekspor non-migas mencapai 83,11 miliar dolar AS atau menurun 7,32 persen.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016