Yang paling banyak sampah rumah tangga di pinggir jalan, dihasilkan warung-warung kecil di pinggir jalan dan juga aktivitas pengunjung wisata."
Bogor (ANTARA News) - Kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menghadapi persoalan sampah yang berserakan di sekitar warung pinggir jalan akibat aktivitas pengunjung wisata.

"Sampah liar ini belum terakomodir dengan maksimal, karena keterbatasan armada pengangkut sampah," kata Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Puncak M Teguh Mulyana saat ditemui dalam "Wartawan Bogor Peduli Lingkungan" di Puncak, Senin.

Menurut pria yang akrab disapa Bowie ini, kehadiran sampah di kawasan wisata Puncak menyebabkan kawasan tersebut sudah tiga kali masuk catatan hitam oleh wisatawan mancanegara karena tidak menyajikan keindahan, kebersihan dan kenyamanan.

Meski sering masuk daftar hitam, sejumlah wisatawan asing tetap mendatangi kawasan Puncak setiap tahunnya. Mereka dari berbagai negara baik itu Timur Tengah, Eropa, Jepang hingga Amerika.

"Yang paling banyak sampah rumah tangga di pinggir jalan, dihasilkan warung-warung kecil di pinggir jalan dan juga aktivitas pengunjung wisata," katanya.

Ia menjelaskan, sebagai organisasi yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur Jawa Barat Nomor 15/1995 dan SK Bupati Bogor Nomor 9/2001, Kompepar wilayah Puncak memiliki tugas mensosialisasikan program nasional Sapta Pesona.

"Sapta Pesona yakni menciptakan pariwisata yang aman, tertib, bersih, indah, sejuk, ramah dan kenangan," katanya.

Ia mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan persoalan sampah yang tidak sesuai dengan program Sapta Pesona yakni kebersihan, tertib dan indah.

"Kemenpenpar memiliki program-program pengendalian sampah, salah satunya merapihkan sampah-sampah yang ada di jalan, kita angkut dan kita buang ke TPA," katanya.

Sampah-sampah tersebut sebagian ada yang diolah oleh masyarakat menjadi benda daur ulang. Yang menjadi kendala sampah basah yang belum terkelola dengan baik.

Kepala UPT Kebersihan Ciawi, Sofian Khaerudin menyebutkan, ada 19 unit mobil pengangkut sampah yang bertugas setiap hari mengangkut sampah di jalur Puncak, termasuk Ciawi, Cigombong, Cijeruk dan Megamendung.

"Jalur Puncak ada lima unit truk sampah yang beroperasi setiap hari. Satu unit ini menampung 7 kubik sampah, jika dikali lima jumlahnya mencapai 35 kubik," katanya.

Sofian menambahkan, persoalan sampah tidak hanya menjadi tugas pemerintah, sinergitas dari semua pihak yakni masyarakat dan swasta diharapkan dalam mengendalikan sampah yang dapat mengancam kerusakan lingkungan.

"Selain sebagai objek wisata, Puncak juga menjadi barometer pengendalian banjir di Jakarta. Karena kalau kawasan konservasi Puncak rusak oleh sampah, akan berpengaruh bagi wilayah hilir dengan meluapnya permukaan Sungai Ciliwung," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016