Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Gencatan senjata 72 jam di Yaman akan dimulai pada Rabu malam, kata utusan PBB untuk Yaman, Senin, setelah menerima kesepakatan dari semua pihak berperang di negara itu.

Utusan khusus PBB untuk Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan, penghentian permusuhan akan dimulai pada Rabu pukul 23.59 waktu setempat dan bisa diperbaharui setelah masa awal tiga hari, kata PBB dalam pernyataan.

"Utusan Khusus menyambut baik pemulihan Penghentian Permusuhan, yang akan menghindarkan pertumpahan darah lebih jauh bagi rakyat Yaman, dan memungkinkan perluasan pengiriman bantuan kemanusiaan," demikian pernyataan tersebut.

Pada Senin, Menteri Luar Negeri Yaman Abdel-Malek al-Mekhlafi mengatakan dalam akun Twitter resminya bahwa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi telah menyepakati gencatan senjata 72 jam dengan kemungkinan bisa diperpanjang.

"Presiden menyetujui gencatan 72 jam diperpanjang jika pihak-pihak lain mematuhinya, mengaktifkan DCC (Komite Koordinasi dan De-eskalasi) serta mencabut pengepungan Taiz," katanya.

DCC merupakan komisi militer yang didukung PBB, bertanggung jawab memantau gencatan senjata di Yaman.

Pemerintah dalam pelarian Hadi meminta akses bantuan kemanusiaan ke Taiz, kota yang terpecah dan dikelilingi oleh pemberontak Houthi yang menyerbu ibukota Yaman, Sanaa pada 2014. Pasukan pemerintah mempertahankan kendali hanya pada satu dari empat rute akses.

Houthi yang beraliansi dengan Iran dan sekutu-sekutu mereka, pasukan yang setia pada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, menguasai sebagian besar Yaman utara. Sementara pasukan yang setia pada Hadi didukung Saudi menguasai wilayah lainnya beserta suku-suku lokal.

Para petinggi Houthi tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya mengenai gencatan senjata tersebut.

Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan, Senin, bahwa Arab Saudi bersiap menerima gencatan senjata jika Houthi menyepakatinya, namun ia meragukan upaya perdamaian setelah gencatan senjata sebelumnya gagal.

Arab Saudi dan beberapa sekutu di Teluk Arab melancarkan serangan udara dan mengerahkan pasukan di Yaman untuk mendukung pemerintahan Hadi sejak Maret 2015.

Sekitar 10 ribu orang, termasuk 3.800 warga, tewas dalam perang tersebut, kata data PBB, sebut Reuters.

(S022/B002)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016