Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Selasa sore menguat moderat 57 poin menjadi 13.012 per dolar AS setelah pada hari sebelumnya ditutup pada 13.069 per dolar AS.

Analis Monex Investindo Futures, Yulia Safrina, mengatakan bahwa dolar AS masih dalam arus pelemahan terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah penantian data inflasi Amerika Serikat pada September 2016.

"Jika pertumbuhan inflasi pada bulan September ini lebih baik maka dolar AS berpotensi kembali menguat," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar juga masih menunggu kepastian dari kebijakan The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya pada tahun ini.

"Rencana peningkatan suku bunga The Fed masih menjadi fokus utama para investor. Salah satu pejabat The Fed menyatakan untuk meningkatkan tingkat suku bunga bukanlah hal mudah," katanya.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova, mengatakan sentimen mengenai data neraca perdagangan Indonesia pada September yang mengalami surplus sebesar 1,22 miliar dolar AS juga masih menjadi faktor positif bagi mata uang domestik.

Selain itu, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang mengalami apresiasi turut menopang laju rupiah untuk terapresiasi.

Terpantau harga minyak jenis WTI Crude naik sebesar 0,88 persen menjadi 50,38 dolar AS per barel, dan Brent Crude bergerak menguat 0,82 persen ke posisi 51,94 dolar AS per barel, pada Selasa sore ini.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.044 per dolar AS, lebih baik dari posisi kemarin 13.054 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016