Apabila Pemkot Surabaya tidak membuka lagi lokalisasi Dolly dalam waktu tiga hari, rumah dinas wali kota dan gedung Pemkot Surabaya akan saya ledakkan."
Surabaya (ANTARA News) - Polisi memastikan rumah dinas Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, aman setelah ada ancaman bom melalui telepon dari orang tidak dikenal yang diterima operator staf Pemkot Surabaya pada Rabu sore.

Kapolsek Genteng Kompol Danni Yulianto mengatakan dari hasil pemeriksaan petugas Tim Gegana setelah melakukan penyisiran, gedung Balai Kota Surabaya dan rumah dinas wali kota aman dari ancaman bom.

"Dari hasil pemeriksaan dipastikan tidak ada atau steril. Sementara seperti itu yang kita dapat," kata Kompol Danny Yulianto.

Sementara itu, terkait nomor telepon yang mengancam menaruh bahan peledak, kepolisian akan melakukan pendalaman dan pemeriksaan terhadap pelaku yang mengaku bernama Helmi.

"Masyarakat tidak usah resah, kita akan melakukan pendalaman untuk mengetahui siapa pelakunya," katanya.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemkot Surabaya Soemarno sebelumnya mengatakan Rumah Dinas Wali Kota Surabaya dan gedung Pemkot Surabaya mendapat teror bom dari orang tidak dikenal melalui telepon pada Rabu sore.

"Iya benar, tadi sore sekitar pukul 15.30 WIB, ada orang yang mengaku bernama Helmi meneror dengan cara telepon ke operator di pemkot," katanya.

Menurut dia, ada telepon dari orang yang mengaku bernama Helmi diterima oleh Riaman, petugas jaga yang juga Staf Piket Bagian Umum dan Protokol Pemkot Surabaya.

Adapun pembicaraan dalam telepon tersebut, pelaku mengancam, "Apabila Pemkot Surabaya tidak membuka lagi lokalisasi Dolly dalam waktu tiga hari, rumah dinas wali kota dan gedung Pemkot Surabaya akan saya ledakkan".

Mendapati hal itu, lanjut dia, pihaknya berkoordinasi melakukan pengamanan di Rumah Dinas Wali Kota dan Pemkot Surabaya. "Meskipun itu cuma iseng, kami tetap menyikapi karena ini simbol pemerintahan. Kami tingkatkan kewaspadaan," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016