Sumur resapan ini akan menjadi tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah sehingga tidak terbuang sia-sia dan air yang tersimpan itu mampu memperbaiki sumber air bersih di dalam tanah."
Yogyakarta (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat Kota Yogyakarta memperbanyak pembuatan sumur resapan selama musim hujan sebagai salah satu solusi mengatasi pencemaran air.

"Mumpung masih musim hujan, masyarakat dapat berkontribusi membuat sumur resapan untuk mengonservasi sumber daya air di Yogyakarta agar tingkat pencemarannya tidak terus meningkat," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DIY Halik Sandera di Yogyakarta, Rabu.

Mengacu hasil survei kualitas air Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta memperlihatkan mayoritas sumber air di DIY telah tercemar bakteri E.coli. Sumber air layak minum yang tercemar sebanyak 87,8 persen dan sumber air tidak layak telah tercemar bakteri E.coli sebanyak 95,5 persen.

Menurut Halik, sumur resapan merupakan teknologi sederhana yang dapat dibuat oleh masyarakat secara mandiri untuk mengatasi persoalan pencemaran air. Selain itu, sumur resapan juga bisa mencegah terjadinya bencana banjir serta memperbaiki struktur tanah.

Sumur resapan itu, menurut dia, bukan hanya menjadi solusi menyelesaikan permasalahan air bersih, namun juga dapat menjadi sarana penyimpanan air sebagai candangan saat terjadi kekeringan.

"Sumur resapan ini akan menjadi tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah sehingga tidak terbuang sia-sia dan air yang tersimpan itu mampu memperbaiki sumber air bersih di dalam tanah," kata dia.

Selanjutnya, untuk perbaikan sumber air bersih dalam jangka panjang, menurut dia, Pemerintah DIY perlu mengoptimalkan pengaliran air dari Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon, Bantul ke rumah-rumah warga.

IPAL yang menampung dan mengolah limbah rumah tangga di Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman itu, menurut Halik, juga masih perlu dibantu dengan pembuatan IPAL-IPAL komunal di sekitar perumahan masyarakat.

"Pemerintah juga perlu membantu memperbanyak pembuatan IPAL komunal seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk DIY," kata dia.

Menurut Halik, selain faktor terus bertambahnya penduduk yang menghasilkan limbah domestik, pencemaran sumber air juga terus diperparah dengan bertambahnya perhotelan di Kota Yogyakarta dan Sleman yang banyak menggunakan air tanah dalam. Penggunaan air tanah dalam secara berlebihan juga memicu menipisnya air tanah permukaan sebagai sumber air utama masyarakat.

"Semakin gencarnya penggalian air tanah dalam, dapat memicu meresapnya air tanah permukaan ke sumber air tanah dalam," kata dia.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016